Mazmur 37:7 berbicara tentang keberhasilan dari orang yang melakukan tipu daya. Tentu saja kita tidak ingin menjadi berhasil dengan cara yang demikian. Tetapi sebelum membahas ayat ini, saya ingin Anda melihat dulu dua gambar yang berikut.
Apa perbedaan dari gambar di sebelah kiri dan kanan?
Keduanya adalah gambar yang biasa digunakan oleh psikolog untuk mengidentifikasi kepribadian seseorang melalui tes yang biasa disebut TAT (Thematic Apperception Test). Biasanya testee (orang yang akan di-tes) diminta menceritakan kisah di balik gambar, mulai dari apa kejadian yang terjadi sebelumnya, apa yang terjadi pada gambar tersebut, perasaan dan pikiran karakter dalam gambar, dan akhir ceritanya (biasanya akan ada 5-12 gambar-gambar yang diperlihatkan dari total 31 gambar versi lengkapnya). Salah satu kegunaan dari tes ini adalah untuk dapat menangkap pengalaman hidup dari seseorang.
Pernah dengar ungkapan ini? “A picture is worth a thousand words.” Ungkapan ini menggambarkan kekuatan dari suatu rangsangan (stimulus) visual. Meskipun ungkapan ini tidak selamanya relevan, misalnya dalam suatu karya tulis (sebut saja novel), tetapi hal ini setidaknya membuat kita berpikir tentang sebuah gambar yang bisa mewakili panjangnya suatu penjelasan.
Allah sering berbicara melalui suatu gambaran, kalau saya melihat seorang pelukis menggambarkan tentang bahtera Nuh, maka di pikiran saya yang muncul adalah kata “penyelamatan”. Misalnya gambarannya adalah tabut perjanjian, kata yang muncul adalah “kekudusan”. Bagaimana kalau gambaran itu adalah salib? Apa kata yang muncul? Pernahkah Anda berpikir bahwa kata yang muncul adalah “keberhasilan”?
Ibrani 12:2 mengatakan tentang Yesus yang menjadi teladan kita untuk bertekun dalam kehinaan dan penderitaan sebelum mendapat sukacita dan kehormatan. Terjemahan bahasa Inggris dari NKJV menurut saya lebih jelas menggambarkan bahwa Yesus memandang bukan pada kehinaan dan penderitaan (yang sementara) tetapi sukacita dan kehormatan (untuk selamanya).
Ini adalah hal yang kontradiktif, yang tidak masuk akal, dan disebut kebodohan (1Korintus 1:18) oleh orang yang akan binasa (karena tidak percaya – Yohanes 3:18). Tetapi Anda bukan orang yang bodoh rohani bukan? Orang bisa mengatakan apapun tetapi saya tidak bodoh rohani. Bahkan kalau saya dianggap bodoh secara intelektual pun Allah masih bisa menggunakan saya. 1Korintus 1:27.
Relevansinya dengan pekerjaan saya dan situasi kondisi sekarang bagaimana?
Ingat ayat pertama kita di awal? Anda punya pilihan untuk berhasil dengan segala macam cara (bahkan dengan tipu daya) tetapi itu tidak akan membawa Anda pada sukacita dan kehormatan yang nilainya kekal. Jadi tetap lakukan yang baik dan yang setia, karena ada balasan untuk ketekunan Anda. Mazmur 37:3.
Sukacita dan kehormatan didapatkan melalui kehinaan dan penderitaan. Bukan berarti Anda harus secara fisik dihina dan menderita. Gembala sering menggambarkan bahwa sebagai pengikut Kristus bisa mengalami penghinaan dan penderitaan secara fisik, tetapi juga secara mental (psikis). Ini berbicara kepada Anda sebagai pengikut Kristus, tetapi juga sebagai profesional muda. Anda bekerja keras untuk tidak memiliki penghidupan dari sesuatu yang ilegal (Efesus 4:28), yang meskipun dihina dan menderita Anda bisa berkata, “Aku menjadi seperti Yesus, Aku melakukan kehendak Bapaku di Surga!” Matius 12:50.
Gambar keberhasilan pengikut Kristus tidak diwakili oleh gambar manusia siapapun mereka (Elon Musk, Jeff Bezos, Bill Gates, Basuki Tjahaja Purnama, bahkan bukan juga Adam, Abraham, Yakub, atau Yusuf dari kisah Alkitab). Kita belajar dari kisah mereka, dan mengambil satu nilai yang sesuai dengan nilai ilahi. Roma 12:2. Jadi lihatlah diri Anda di depan kaca, itulah gambaran keberhasilan versi Allah. Mazmur 139:13-16. Kalau boleh mengambil kisah dari Yusuf sebagai penutup, setiap saya membaca Kejadian 39:2, saya selalu melihat ini adalah gambaran keberhasilan seorang yang percaya.