Puji Tuhan. Bapak Ibu saudara, malam ini adalah Doa Raya terakhir GPdI Mahanaim di tahun 2015. Jadwal ibadah-ibadah Natal sepanjang bulan Desember dan ibadah tutup tahun telah diumumkan melalui media-media gereja. Saya cukup merasa spesial karena malam ini saya menjadi orang pertama yang menyampaikan khotbah dengan tema Natal kepada Anda.
Hampir seluruh bagian dunia mengidentikkan Natal dengan hadiah-hadiah, kunjungan keluarga, pesta, makan-makan dan ibadah-ibadah pastinya. Peristiwa Natal yang jatuh di bulan Desember merupakan momen yang ditunggu semua orang, bukan hanya umat kristiani. Tetapi pada malam hari ini saya rindu menyampaikan pandangan pribadi saya mengenai Natal yang saya harap diamini oleh Anda semua. Bagi saya: Natal adalah tentang Cinta, dan saya harap Anda semua juga berkata: Amin.
Saya tidak bermaksud menjadi romantis dengan mengatakan hal ini. Tetapi saya ingin menceritakan suatu kisah dari pengalaman pribadi. Saya mengenal seseorang yang setahu saya tidak pernah mau menunjukkan rasa sukanya di hadapan teman wanitanya. Suatu hari, orang ini meminjam uang yang cukup besar kepada saya untuk melakukan hal yang tidak pernah saya bayangkan. Dia menggunakan uang tersebut untuk membeli penerbangan dari Surabaya ke Jakarta (bolak-balik di hari yang sama), hanya demi memberi ucapan selamat ulang tahun (sambil membawa buket bunga) langsung di muka pintu kantor kerja teman wanitanya itu. Saya tidak habis pikir ternyata masih ada orang yang seromantis/ se’konyol’ (sillycute) itu.
Perasaan cinta dapat memampukan orang melakukan hal-hal yang irasional. Dalam Kidung Agung 8:6 Raja Salomo mengungkapkan bahwa cinta itu kuat seperti maut! Memang sepertilah itu cinta. Bukankah cinta bukanlah cinta saat kita menambahkan logika kepadanya. Tetapi ingat cinta kadang tersamar dengan nafsu sesaat. Jadi jangan samakan cinta dengan nafsu. Tentu saja saya tidak bisa jelaskan mengenai hal ini sekarang. Namun cinta itu juga bukan logika. Logika atau pengetahuan akan selalu berubah seiring dengan hal-hal baru yang diketahui manusia. Namun cinta itu bertahan selamanya, karena CINTA itu tidak berubah, dan tidak ada bayang-bayang perubahan didalamNYA.Yakobus 1:17.
Tahukah kita bahwa Allah begitu mencintai kita, dan kalau boleh saya mengatakan bahwa cintaNYA (yang seringkali oleh Bapak Gembala dipakai istilah “agape”) adalah suatu bentuk cinta yang benar-benarirasional. Jika Anda masih bingung, biar saya jelaskan demikian. Tuhan adalah cinta. 1Yohanes 4:8. Dia bukanlah Allah yang “memiliki” cinta kasih, atau yang “melakukan” cinta kasih, DIA adalah definisi dari Cinta Kasih itu sendiri! Dan selama ratusan bahkan ribuan tahun muncul manusia-manusia yang berusaha menafikan dan bahkan berusaha mengusir Tuhan dari kehidupannya. Tapi meskipun demikian, DIA tetap mengasihi dunia.
Demikian adanya, Allah tidak mungkin bisa mengingkari diriNYA sendiri. Bahwa dunia ini diciptakan semua karena Cinta Allah kepada sosok ciptaan yang serupa dan segambar dengan diriNYA, yaitu manusia. Kejadian 1:26. Begitu besar cintaNYA, bahkan DIA sudah merencanakan karya penebusan saat manusia jatuh dalam dosa di Taman Eden. Kata Tuhan: “Keturunannya (anak manusia) akan meremukkan kepalamu (iblis), dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Kejadian3:15.Kemudian di ayat 21 Allah mengenakan pakaian dari kulit binatang untuk menutupi ketelanjangan manusia, yang sebenarnya dimaksudkan: Harus ada suatu korban untuk menutupi kesalahan manusia. 🙂
Kalau kita percepat sedikit ke kisah-kisah selanjutnya dalam Alkitab, kita bisa melihat betapa Tuhan mengasihi manusia, seperti dalam kisah Nuh dan seisi keluarganya yang diselamatkan dalam bahtera bersama seisi “kebun binatang mengapung pertama di dunia” (Kejadian 6). Dimana sebenarnya Tuhan tidak punya kepentingan untuk menyelamatkan manusia – karena begitu jahatnya kelakuan mereka. Demikian juga pada kisah “penyelamatan” manusia dari “banjir” dosa, dimana manusia tidak mungkin mendekat pada Allah karena dosa. Yesaya 59:2.”Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu,” Bahkan vonisnya sudah jelas: Kematian! Roma 6:23. Ini mengandung kabar buruk dan kabar baik. Kabar buruknya, kita tidak bisa melakukan apa-apa mengenai hal ini. Kabar baiknya, Allah mengirimkan CINTANYA, yang TERBAIK, DIALAH YESUS. DIA seperti “bahtera kayu” itu, yang dipukul, dan didera “ombak dosa”, tetapi IA tetap bertahan demi menyelamatkan kita yang ada di dalamNYA.
Pernahkah Anda berpikir bahwa ini irasional? Tuhan tidak perlu melakukan itu semua kan? DIA bisa memusnahkan kita semua dan menciptakan manusia yang baru. DIA adalah Maha Kuasa. Mengapa Tuhan? Jawabannya sebenarnya sederhana: CINTA. Kalau Anda benar-benar memahami Yohanes 3:16 dengan sepenuh hati, bukan sekedar ayat hafalan semata (karena memang ini adalah ayat yang paling diingat oleh orang Kristen di seluruh dunia). Anda bisa menitikkan air mata setiap kali mengingat betapa dalamnya makna perkataan Yesus ini.
Mari kita kembali ke kisah 750 tahun sebelum Yesus hadir di muka bumi untuk menyelesaikan masalah terbesar umat manusia. Ini adalah kisah tentang salah satu Nabi yang diminta oleh Tuhan untuk melakukan suatu hal yang tidak biasa. Kita tahu bahwa Nabi-nabi yang dikirim Tuhan kepada umat Israel seringkali bukan saja harus memperkatakan Firman Allah lewat nubuatan. Tetapi mereka harus menghidupi nubuatan itu. Contohnya saja Yeremia yang disuruh Tuhan membeli ikat pinggang diYeremia 13:1-11. Satu contoh lagi Nabi yang harus melakukan suatu hal secara fisik sebagai nubuatan untuk Israel adalah Nabi Ahia di dalam 1Raja-raja 11:29-31.
Nabi Hosea harus melakukan suatu hal yang secara fisik dan mental akan sangat berat, karena dia harus mengawini seorang perempuan sundal (Gomer) sebagai nubuatan Tuhan mengenai Israel. Hosea 1:2-3. Hosea melakukannya karena ketaatannya pada Firman Tuhan. Segala sesuatu baik kelihatannya bagi Hosea untuk sementara waktu. Ketiga anaknya diberi nama yang merupakan nubuatan tentang Israel. Yizreel (tentang pembalasan Allah kepada Yehu dan perbuatannya di Yizreel), Lo-Ruhama (tentang yang tidak dikasihi) dan Lo-Ami (tentang yang tidak lagi disebut umat).Hosea 1:4-9.
Namun kalau Anda melihat Hosea 3:1-5 Allah meminta Hosea untuk pergi lagi dan mencintai perempuan sundal itu (Gomer). Beberapa komentator Alkitab percaya setelah Hosea menikahi Gomer, kemudian dia kehilangan istrinya yang kembali pada persundalan. Dimana Hosea harus membeli/menebusnya kembali dengan 15 syikal perak dan 1,5 homer jelai. Ayat 2. Hosea harus merendahkan hati dan menanggalkan kemuliaan dan nama besarnya sebagai nabi Allah untuk datang mencari istrinya yang kembali bersundal. Bukankah ini gambaran dari Tuhan yang meninggalkan kemuliaanNYA untuk menjadi manusia. Filipi 2:7.
Hosea menemui istrinya kembali namun dia harus membayar harga untuk mendapatkan istrinya yang sudah terjerumus dalam persundalan. Bukankah ini juga adalah mengenai kita, bahkan segala bangsa, yang sebenarnya adalah milik Allah (Mazmur 82:8) namun toh demikian Allah tetap membayar harga yang mahal untuk kita: AnakNYA yang tunggal, DIA korbankan!
This the true story of Christmas. Bukan sekedar kisah sejarah. Namun sebuah kisah Cinta dari Tuhan bagi manusia.
Ada 3 konsep tentang cinta yang dimengerti oleh Israel di jaman itu:
Cinta itu dapat dibeli. Kita bisa lihat kisahnya pada saat Yakub ingin menikahi Rahel, dan juga ketika Ruben mencari perempuan sundal yang ternyata adalah menantunya sendiri.Cinta itu adalah tentang kepuasan diri sendiri. Contohnya Salomo dengan 700 istri dan 300 gundiknya.Cinta bisa didapatkan dari benda-benda mati (dalam hal ini berhala dan harta kekayaan)
Bukankah ketiga konsep ini juga sama dengan konsep-konsep cinta yang diperkenalkan dunia? Cinta adalah sesuatu yang bisa dibeli, fokusnya kepada diri sendiri dan bisa didapat dari benda-benda, Allah lewat kisah Hosea ingin mendemonstrasikan bahwa INILAH CINTA YANG SEJATI. An unconditional love. Far beyond man’s imagination. Agape. God’s (irrational) Love. Dan itu juga didemonstrasikan di Perjanjian Baru lewat pengorbanan Yesus.
Sekali lagi inilah NATAL, demonstrasi dari KASIH ALLAH yang melebihi segala akal. Sekarang apa respon kita? Siapa Hosea, itulah Tuhan. Siapa Gomer, itulah kita.