Mengenai keterbukaan antar pasangan sebelum menikah, saya rasa tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Apalagi kalau orang tersebut adalah orang yang akan menjadi pasangan kita seumur hidup.
Buat saya keterbukaan adalah awal pemulihan. Tetapi, keterbukaan ini tidak boleh sembrono.
Harus dipastikan bahwa orang yang Anda maksud (calon pasangan Anda) ini tidak mudah menceritakan hal tersebut kepada orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah kita. Karena kemungkinannya yang terjadi bukan pemulihan tetapi malahan stigma yang dikenakan kepada kita.
Oleh sebab itu kita seharusnya sama-sama memegang nilai: “terbuka di dalam tetapi tertutup di luar”, jika menyangkut hal-hal yang sensitif dalam hubungan.
Itu saya rasa indikator hubungan yang sehat, yaitu saling percaya.
Cemburu memang menarik untuk menjadi “penanda cinta”, namun jika tidak ada saling percaya, cemburu itu hanya akan menjadi racun.
Kalau kemudian sudah diputuskan untuk menceritakan hal itu kepada calon pasangan. Itu berarti kita sungguh-sungguh mencintai orang tersebut. Nah, satu hal dalam konsep cinta adalah kita harus siap untuk disakiti.
Ketika kamu bersedia mencintai artinya kamu bersedia merasakan sakit.
Itu seperti sisi koin yang tidak bisa dipisahkan. Saya rasa itu merangkum sedikit mengenai hubungan, terutama yang jenjangnya sudah semakin serius.
GodblesS
JEFF