ONE FLAME FOR UNITY. This is interesting. Yang membuatnya menjadi menarik lagi karena ini melibatkan anak-anak muda Yogya yang kabarnya super kreatif dan dipenuhi orang-orang cerdas.

Saya kemarin bertanya sama panitia kenapa harus ada penyelenggaraan event ini. Mereka ternyata melihat bahwa perlu ada kesatuan antara anak-anak muda pantekosta di kota ini. Perlu ada kesatuan juga antara remaja, pemuda, dan mahasiswa pantekosta di kota ini. I just wonder, is this unity really matter? Karena kita sudah sama-sama tahu bahwa “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!” namun ego kita berkata bahwa it’s already comfortable for me. Itulah kenapa harus ada “api” yang membakar yang mendatangkan kesatuan.

Saya langsung berpikir bahwa memang perlu ada api yang kemudian bisa menyatukan, seperti apa yang dilekukan ketika kita akan menyatukan dua logam, atau merapatkan plastik yang terbuka, atau ketika akan menambalkan karet ke ban yang berlubang. Jadi ini sebenarnya ada di sekitar kita, hanya saja kita terlalu sering mengabaikannya.

Berbicara tentang api yang menyatukan saya teringat kisah di dalam 1Raja-raja 18:17-39. Ini adalah kisah mengenai Elia yang berusaha meyakinkan Israel untuk kembali kepada Tuhan. Kondisinya saat itu memprihatinkan, bahwa orang Israel menyembah allah bangsa lain, secara serampangan. Mereka menyembah Baal dan Asyera. Setiap orang merasa dirinya benar. Nabi Yesaya pernah juga menuliskan hal ini dalam Yesaya 53:6. Semua kita merasa benar, tetapi pada akhirnya kekacauan, ketidakjelasan  yang terjadi. Ini sebenarnya kalau kita perhatikan yang menjadi inti dari Kitab Hakim-hakim, yaitu jaman transisi antara teokrasi dan monarki, dalam sejarah bangsa Israel.

Saya selalu percaya masa transisi itu adalah masa yang paling berat, dan biasanya ditandai oleh kejadian-kejadian tak terduga. Ingat transisi Indonesia di tahun 1945, perang 10-November-1945 menjadi tonggak sejarah transisi dari bangsa terjajah jadi bangsa merdeka. Ingat juga tahun 1998, turunnya Soeharto pada 21-Mei-1998 menjadi penentu kekuasaan rakyat atas kepentingan kelompok atau golongan.

Demikian juga Anda punya masa transisi kan ketika cowok-cowok tiba merasa basah tapi bukan ompol, atau wanita yang mulai suka dengan kata “harinya”. Secara biologis inilah transisi dari “immature” menjadi “mature” yang biasanya juga diikuti oleh rasa tertarik pada lawan jenis. Nggak enak banget kan. Tapi kalau kalian berhasil melewatinya itu menjadi landasan untuk perubahan lain yang lebih besar.

Kembali kepada kisah Nabi Elia. Transisi apa yang sedang terjadi? Transisi Israel untuk mengenal kembali Tuhan-nya. Mereka yang selama ini terpecah-pecah dengan kebenaran dan keyakinan yang palsu dan sesat. Mereka menyangka menyembah tuhan, namun itu hanyalah berhala yang tak berkuasa apa-apa. Ingat Iblis selalu berusaha menjauhkan kamu dari Tuhan. Apapun itu bentuknya, pacar, teman, orangtua, guru, bahkan kakak rohani bisa malahan menjauhkan kamu dari Tuhan, mereka dipakai Iblis untuk mencuri, membunuh dan membinasakan engkau. Yohanes 10:10. Mereka harus disatukan dengan api, bukan sekedar api yang dibuat manusia, tetapi api yang datang dari Tuhan.

Ayo kita cermati apa saja yang Elia lakukan:

  1. Mulai dengan introspeksi diri. 1Raja-raja 18:18. Ini bukan hanya dalam gereja sebagai tubuh Kristus. Tapi juga secara pribadi. Mencari sumber kesalahan di luar kita adalah seperti anjing yang mengejar bayangan ekornya.
  2. Mempertegas posisinya. Ayat 21. Apakah Anda mengerjakan ini untuk Tuhan atau untuk hal lain? Untuk ego, untuk kepentingan kelompok tertentu, untuk status-quo, atau untuk kemajuan perkembangan pekerjaan Tuhan dan pelayanan di Yogyakarta?
  3. Make Jesus and all-about HIM to be the center. Ayat 31-33. Penuh dengan perlambang pekerjaan Yesus. Dan seharusnya DIA pusatnya.

Leave a comment