Valentine: Are you a slave?

Mari kita mulai dengan Fun Fact: Tahukah Anda bahwa menurut survei Reader’s Digest, 57% orang yang sadar ada dalam hubungan yang tidak menyenangkan, tetap bisa melihat pasangannya itu menarik? Apa kamu salah satunya?

Kalau kita bicara tentang Valentine, saya selalu teringat dengan salah satu versi sejarah alasan hari Valentine dirayakan sebagai hari “kasih sayang.”

Dahulu ada seseorang yang bernama Valentinus yang bertugas untuk menikahkan pasangan-pasangan. Dia hidup dibawah pemerintahan Kaisar Klaudius II yang saat itu mengambil kebijakan bahwa prajurit yang baik adalah prajurit jomblo, jadi pernikahan dianggap sebagai pelanggaran untuk laki-laki muda di masa pemerintahannya.

Tetapi Valentinus tetap menikahkan pasangan-pasangan muda secara diam-diam. Ketika tindakan itu ketahuan, maka dia harus membayar dengan nyawanya.

Dari kisah ini kita bisa melihat bahwa hari Valentine adalah momen mengingat atau merayakan seseorang yang rela berkorban untuk orang lain.

Kalau saya bilang berkorban, apa yang ada di pikiran Anda? Setuju tidak kalau saya bilang bahawa berkorban adalah kehilangan sesuatu untuk keuntungan/kebaikan bagi orang lain?  

It is one man’s loss for another man’s gain.”

Ketika saya pakai istilah “man” disini bukan sedang mengacu kepada gender laki-laki, tetapi ini mengacu kepada kedua gender, baik pria maupun wanita. Jadi ini sifatnya timbal-balik atau resiprokal.

Jadi mungkinkah seseorang yang memahami bahwa “cinta adalah berkorban” kemudian menjadi “bucin” alias budak cinta? Bisa saja, ketika dia memilih pasangan yang salah. Pasangan yang mengambil banyak tetapi tidak memberi banyak juga adalah orang yang “mau menang sendiri,” ini istilah yang dari dulu kita dengar.

Sayangnya ada aja kan orang yang seperti ini? Alasannya sungguh klasik, karena “triji” maksudnya 3G (Gold, Glory, Guys/Girls).

Gold sudah cukup jelas kan. Kalau “ada uang abang disayang tak ada uang abang ditendang” kamu jelas harus berpikir ulang tentang menjadikan “dia” pasanganmu.

Glory bicara tentang status. Kamu siapa, anak siapa, kerja dimana, punya koneksi kemana-mana, bunga Sekolah, bunga kampus, bunga apapun. Saya percaya status itu penting, tapi tidak sepenting bagaimana kamu diperlakukan sama calon pasangan atau pasanganmu.

Ingat analogi wanita berasal dari tulang rusuk kan? Bukan tulang tengkorak yang di atas, atau tulang kering yang di bawah, tetapi tulang yang di samping, yang sepadan.

Guys/girls bicara banyak tentang masalah fisik. Tentu saja saya tahu kalau “hati itu bisa berubah, tapi muka itu mutlak, tak berubah.” Cuma kita harus sadar, pada akhirnya kamu akan menikahi sahabat berbagimu.

Ini bukan kasus “pren-makan-pren” atau kasus “friend-zone” itu nanti buat Valentine tahun depan. Tapi begini loh, kamu akan menikahi seseorang yang akan berbagi banyak hal sama kamu. Pasangan atau pernikahan itu bukan melulu tentang hubungan seksual. Coba kamu dengar wawancara Alm.B.J.Habibie tentang istrinya, ketika istrinya meninggal dunia duluan, yang dia kangeni adalah berbicara, berbagi.

“Jeff, pernikahan masih jauh lah, saya kan millennials!” Okay, jadi maksudnya sekarang kamu mau coba memuaskan “nafsu bercinta” dan mengabaikan studi dan pekerjaan kamu? Sayang banget ketika kamu hidup sembarangan, akan ada orang lain yang ambil “posisi” kamu, “peran” kamu, dan “kesempatan” yang harusnya buat kamu dalam hidup ini.

Kita adalah pejuang-pejuang nilai sebenarnya dari Valentine’s Day kali ini. Saya lihat ada kata-kata dalam Bahasa Inggris yang jadi nilai sebenarnya dari cinta.

Love is patient, Love is kind, love never fails, love always protects, love isn’t jealous, love always trusts.

JEFF  

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s