Ada dua pertanyaan yang mungkin ada di benak seseorang yang belajar tentang Allah. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah:
- Siapakah yang menciptakan Allah?
- Darimana datangnya Allah?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas kita akan membahas dengan topik “Allah yang Esa dan Benar” dan topik “Keberadaan Allah”.
ALLAH YANG ESA DAN BENAR
Dalam pengakuan iman Gereja Pantekosta di Indonesia disebutkan di poin kedua tentang hal ini: “Kami percaya Allah Yang Maha Esa dan kekal dalam wujud Trinitas : “Bapa dan Putera dan Roh Kudus”, Keesaan namaNya yaitu: “TUHAN YESUS KRISTUS“.[1] Kita percaya pernyataan ini Alkitabiah dan menjadikannya pernyataan pribadi kita juga. Suatu pernyataan disebut Alkitabiah ketika pernyataan itu berkaitan dengan wahyu Tuhan (dalam Alkitab).[2] Hal ini juga sinonim dengan istilah “biblikal”, kata serapan dari Bahasa Inggris “biblical”.[3] Meskipun istilah biblikal lebih spesifik mengacu kepada Alkitab daripada istilah “Alkitabiah” kalau dipandang dari sisi kebahasaan (etimologi).
Dalam Gereja, sering disebutkan mengenai istilah “Anak Allah”. Secara umum dalam kekristenan Anak Allah adalah Yesus. Lukas 3:38. Hal ini sudah ada sejak pengakuan iman dirumuskan oleh Gereja di abad-abad awal, khususnya untuk membedakan pengikut Kristus sejati dengan pengikut ajaran Gnosticism dan Marcionism.[4] Yesus disebut Anak Allah bukan karena Allah Bapa melahirkan Yesus, namun karena DIA berasal, atau memperjelas pernyataan bahwa IA diutus (oleh Bapa).[5]
Karena itu kita sebenarnya bisa berkata bahwa Allah tidak diperanakkan dan memperanakkan, karena memang Allah adalah Esa. Menarik ketika ada orang-orang yang berusaha menjelaskan bahwa “Allah itu Esa”, dengan menentang konsep “Anak Allah” dalam Alkitab. Padahal jika Anda membaca Markus 12:32 dan Yudas 1:25, maka Anda akan dengan lantang berkata: Amin, DIA Allah yang Esa!
Allah kita juga adalah Allah yang benar. Memang ada usaha-usaha untuk membuat bahwa perkataan-perkataan Yesus seolah-olah mengacu kepada tokoh lain dalam sejarah. Usaha ini jelas terkandung dalam Injil Barnabas (tulisan yang tidak termasuk dalam kanonisasi Alkitab). Tetapi Philip Jenkins, seorang profesor sejarah dari Baylor University menyatakan bahwa tulisan ini (Injil Barnabas) adalah tulisan tentang Yesus yang dibuat sekitar abad ke-14, jauh sesudah manuskrip Perjanjian Baru ditulis di abad pertama.[6]
Kalau mengacu kepada apa yang disampaikan oleh Dr.Bambang Noorsena, Firman itu menjadi manusia dan sama sekali tidak memisahkan Firman itu dari Allah.[7] Kita percaya satu-satunya jalan menuju Allah adalah melalui Yesus. Ini penting untuk kita percaya dengan sungguh, karena akan ada banyak pertentangan tentang Allah yang benar di zaman dimana kebenaran absolut dipertanyakan.
KEBERADAAN ALLAH
Keberadaan Allah menjadi sesuatu yang diperdebatkan khususnya di negara-negara maju. Menariknya hal ini adalah sesuatu yang pada zaman dahulu bukan merupakan perdebatan. Dahulu pengakuan akan adanya Tuhan adalah pengetahuan kolektif dari semua orang dan bangsa. Namun perdebatannya adalah Tuhan/Allah/Dewa yang mana yang lebih kuat. Kita bisa melihat ini di dalam Alkitab pada kisah teror juru minuman agung dari Raja Asyur kepada rakyat dan perwakilan Raja Yehuda, Hizkia.[8]
Doktrin tentang keberadaan Allah menjelaskan siapakah Allah dan bagaimana Allah bisa dikenal manusia. Allah adalah oknum yang sangat berbeda dengan segala hal yang dikenal manusia di alam semesta. Alam semesta diciptakan oleh DIA, sehingga IA tinggal di luar alam semesta yang kita kenal ini, dan tidak terpengaruh oleh waktu, tempat, dan materi.[9] Keberadaan Allah melebihi segala hal yang kita pikirkan dan mengerti, hal ini sudah menjadi pertanyaan orang-orang sejak zaman Ayub.[10]
Alkitab berusaha menjelaskan bahwa Allah ada dari mulanya, dan bahwa konsep tentang Allah adalah bagian mendasar dari pemikiran manusia. Meninggalkan konsep tentang Allah membuat manusia menjadi irasional. Pada akhirnya manusia menghidupi kehidupan yang tanpa arti dan arah.[11] Meskipun Alkitab tidak berusaha untuk membuktikan eksistensi Allah (lihat paragraf pertama), namun ada beberapa argumen untuk menunjukkan bahwa Allah ada, yang dirangkum oleh Menzies dan Horton (lihat catatan kaki), dari pemikiran Thomas Aquinas di abad pertengahan (abad ke-13):
- Argumen Ontologis. Maksudnya adalah penjelasan tentang asal muasal sesuatu. Bahwa jika sesuatu itu sempurna maka ia akan ada dalam kenyataan. Apabila “Sesuatu yang Sempurna” (Perfect Being), yaitu Tuhan, itu tidak nyata, maka IA tidak sempurna. Karena kita percaya Allah itu sempurna, maka pastilah IA nyata.
- Argumen Kosmologis. Argumen ini adalah kelanjutan dari argumen sebelumnya. Segala sesuatu itu berasal dari sesuatu yang ada sebelumnya. Maka jika alam semesta ini terus dicari asalnya atau sumbernya, maka akan sampai pada satu “Penyebab Pertama” (First Cause), “Sesuatu” yang dapat berdiri sendiri tanpa kehadiran yang lain terlebih dahulu.
- Argumen Teleologis. Bahwa segala sesuatu itu diciptakan untuk suatu tujuan dengan desain tertentu (by design). Segala sesuatu yang dipelajari manusia dan dibukakan melalui ilmu pengetahuan, membuat kita terkagum akan detil-detil yang dimiliki oleh benda-benda mati yang membentuk dunia ini, dan mahluk-mahluk hidup yang ada di dalamnya. Sehingga kekaguman itu ditujukan kepada desainer awal dari alam semesta ini, Sang Pencipta.
- Argumen Moralitas. Bagaimana manusia menilai sesuatu salah atau benar adalah berdasarkan dari “Sang Pemberi Hukum” dari alam semesta. Manusia sadar betul akan adanya hukum moralitas ini, meskipun dipahami berbeda dalam setiap budaya.
- Argumen Estetis. Keindahan ini dinilai berbeda oleh manusia satu dengan yang lain, tetapi konsep keindahan ini ada dan manusia mengapresiasinya. Keindahan ini pasti diberikan oleh “IA” yang begitu indah dan penuh kasih.
Kelima argumen diatas akan terlalu lemah untuk berdiri masing-masing. Tetapi kesatuan penjelasan kelimanya meneguhkan apa yang sudah dituliskan di dalam Alkitab. Bahwa Allah kita adalah Allah yang sempurna (Ulangan 32:4, Matius 5:48). IA ada sejak dari mulanya, dan karena DIA-lah segala sesuatu ada (Kejadian 1:1, Yesaya 40:18-22, Yohanes 1:3, Wahyu 22:13). Betapa Allah membuat dan menyiapkan segala sesuatu dengan rancangan yang luar biasa detil (Mazmur 139:14-17, Efesus 1:3-10). Allah menetapkan hukum-hukumNYA dalam hati setiap manusia (Ayub 35:11, Roma 2:14-15), dan kita dapat menikmati segala sesuatu yang baik dan yang indah dari DIA (Kejadian 1:31, Lukas 4:22).
Meskipun demikian ada hal-hal mengenai Allah yang tetap menjadi misteri bagi kita, manusia. Sebab Allah tidak dapat dijelaskan dengan akal pikiran kita.[12] Namun demikian DIA nyata karena apa yang IA ciptakan mengungkapkan keberadaanNYA sebagai Pencipta segalanya.[13] Jika kita memerhatikan inilah yang berusaha Paulus jelaskan kepada jemaat di Roma di dua pasal pertama Surat kepada Jemaat Roma.
Jadi siapa yang menciptakan Allah? Tidak ada karena IA adalah yang pertama, yang sudah ada pada mulanya. Darimana datangnya Allah? Allah datang dari Surga, IA rela menjadi manusia, yang kita kenal di dalam Tuhan Yesus Kristus.
[1] Pengakuan Iman, https://gpdi.or.id/pages/pengakuan-iman, diakses pada 31-Agustus-2019.
[2] “Alkitabiah”, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/alkitabiah, diakses pada 31-Agustus-2019. Penekanan dalam tanda kurung ditambahkan oleh penulis.
[3] Frederick C. Mish, Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary. 11th Edition (Merriam-Webster, 2003), “Biblical.” Logos.
[4] Justo L. Gonzalez, The Story of Christianity, Volume 1: The Early Church to the Dawn of the Reformation (HarperCollins, 2010), 77. Kindle Edition.
[5] Alkitab, Yohanes 16:28 (TB).
[6] Philip Jenkins, The Many Faces of Christ, The Thousand-Year Story of the Survival and Influence of the Lost Gospels (New York: Basic Books, 2015), 192.
[7] Dr.Bambang Noorsena, Sekte Unitarian Bukan Kristen Tauhid, http://bambangnoorsena.com/index/blog/teologi/sekte-unitarian-bukan-kristen-tauhid.html, diakses pada 12-September-2019.
[8] Alkitab, 2Raja-raja 18:33-35 (TB).
[9] Creation Argument for the existence of God, https://youtu.be/8_OC2t7mIWE, diakses pada 14-September-2019.
[10] Alkitab, Ayub 11:7 (TB).
[11] William W. Menzies and Stanley M. Horton, Bible Doctrines: A Pentecostal Perspective (Springfield: Logion Press, 2012), chap. 2, sec. 3. Kindle Edition.
[12] Brannon Ellis and Mark Ward, eds., The Doctrine of the Triune God in the Lexham Survey of Theology (Bellingham, WA: Lexham Press, 2018), sec. 1: God’s Existence. Logos.
[13] Ellis and Ward, The Doctrine, sec. 1, sub-sec. 1: Proofs of God’s Existence.