Penerimaan selalu menjadi salah satu kebutuhan jiwa manusia. Anda bisa saja memiliki sandang, pangan, papan yang lengkap, tetapi kalau Anda merasa tidak diterima, Anda akan selalu merasa kurang. Karena kita tahu bahwa kebutuhan manusia itu bukan saja kebutuhan fisik (physiological) namun juga psikis (psychological). Ini dapat dimengerti, karena manusia ini terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh, kesemuanya punya kebutuhan.
Menariknya ketika suatu kebutuhan yang tidak dipenuhi maka biasanya ada 3 hal ini yang terjadi:
- Ada sesuatu yang hilang / kosong.
- Ada sesuatu yang mati.
- Ada sesuatu yang tersingkir / tidak berguna (Yunani: Apollumi). Yohanes 10:10.
Joyce Meyer sering sekali berbicara tentang penerimaan, terutama tentang menerima diri sendiri. Karena sering sekali demi penerimaan dan ketakutan akan penolakan, maka seseorang kemudian melakukan apapun juga untuk menyenangkan orang lain. Membuat orang lain senang bukan sesuatu yang salah, tetapi kadang itu terjadi di situasi dan kondisi yang salah. Kalau mengacu kepada apa yang disampaikan tentang perzinahan, bukankah pada banyak kasus ini terjadi karena berusaha diterima, dan berusaha menyenangkan seseorang.
Kebanyakan masalah penerimaan ini dimulai dengan ketidakmampuan menerima diri sendiri. Membandingkan adalah salah satu contohnya. Seandainya saya bisa seperti ini, coba saja saya punya yang dia punya, dan lain sebagainya. Sebenarnya bukan situasi dan kondisi yang menentukan keberadaan kita, namun reaksi kita terhadap situasi dan kondisi itu. Contoh klasik yang mungkin Anda sering dengar: “Kisah penjual sepatu.”
Beberapa dari Anda mungkin tidak punya segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memulai (start) dengan baik, tapi dalam perjalanan hidup Anda belajar, saya mungkin tidak memulai dengan baik, tetapi saya mau pastikan saya akan akhiri (finish) dengan baik! 2Timotius 4:7. Inilah proses pencarian jati diri kita sebagai manusia. Semua orang berproses, beberapa tokoh di Alkitab menunjukkan kebutuhan mereka untuk diterima:
- Kain – ingin persembahannya diterima Tuhan – ia mempersembahkan korban yang tak berkenan (tanpa penumpahan darah), coba perhatikan reaksinya. Kejadian 4:3-5.
- Esau – ingin diterima ayah-ibunya – ia menikah lagi dengan keturunan Ismael. Kejadian 28:6-9.
- Musa – ingin diterima sebagai pembebas rekan sebangsanya – ia membunuh orang Mesir yang menyakiti rekan sebangsanya itu. Keluaran 2:11-14.
Saya mengundang Anda mulai mengingat bagaimana proses pencarian jati diri dalam diri Anda, bagaimana Anda berusaha diterima. Secara jasmani, kita melalui proses ini sejak TK, SD, SMP, SMA, Kuliah, Kerja, dalam Keluarga, dalam Masyarakat, bahkan dalam Gereja. Persaudaraan dan kekeluargaan di jemaat lokal baik untuk kemajuan rohani Anda. Tetapi Anda juga pasti ingat kesulitan-kesulitan apa yang Anda hadapi?
Secara rohani, sebenarnya perjalanan kerohanian kita juga berproses. Kalau Anda baca Yeremia 2:2 Allah melihat perjalanan rohani bangsa Israel itu pernah ada di “masa-masa muda” mereka yang penuh kasih kepada Allah. Atau dalam Ibrani 5:12-14, penulis surat Ibrani mengumpamakan ada pengikut Kristus yang “anak-anak rohani” (perlu susu) dan yang dewasa rohani (perlu makanan keras). Contoh terakhir dari apa yang dituliskan Rasul Yohanes di 1Yohanes 2:14, dimana ia menjelaskan tingkatan rohani: Anak – Orang Muda – Bapa. Khusus mengenai tingkatan “orang muda”, mereka “mengalahkan yang jahat”, saya percaya ini adalah konsep menjadi terang dan garam (yang “overpowered” kegelapan dan ketawaran dunia).
Berbicara tingkatan rohani, saya teringat khotbah saya tentang “Anak Allah” di tahun 2015 (“Menjadi Anak Allah” @jeffminandar.com), saya waktu itu mengutip penjelasan Joseph Prince tentang 3 perumpamaan “yang terhilang” di Lukas 15:1-32. Tetapi kali ini saya ingn melihat dari sisi lain, coba kita lihat satu per satu secara singkat. Tenang saja ini sudah hampir akhir dari pemaparan saya. Kalau mengutip Jentezen Franklin saya tidak akan berkhotbah “FIraun”.
Baik dalam 3 perumpamaan itu ada 3 hal yang hilang:
- Domba – ketika seseorang terhilang karena mereka bodoh dan tidak mengerti.
- Dirham – ketika seseorang terhilang karena satu pihak “meletakkannya” di tempat salah, atau diperlakukan dengan salah.
- Anak – ini yang menarik, ketika seseorang terhilang dengan pengertiannya yang salah, atau bisa jadi “apa yang dikejarnya” salah.
Pada dua perumpamaan pertama kita melihat ada seseorang yang mencari dan menemukan, tetapi di perumpamaan terakhir dia (karena “dia” bukan binatang, atau pun objek/barang) kembali atas dorongan hati untuk kembali. Keputusan itu tidak pernah terlambat. Bapa selalu menerima pertobatannya, dan mengingatkan dia bahwa dia selalu dikasihi. Sayangnya kita juga tahu sekarang bahwa bukan hanya yang bungsu yang terhilang, tetapi juga yang sulung!
Kembali kepada kasih Bapa, dia menerimamu sebagai anak. Rencana Illahi untuk merestorasi apa yang terjadi di Taman Eden menjadi kenyataan. Lukas 15:24. DIA menerima kita untuk memulihkan kita. Dengan menyadari bahwa kita sudah dipindahkan dari kebinasaan kepada kehidupan seharusnya membuat kita makin mencintai (mengasihi, melayani, menolong) “rumah kita” yaitu “tubuh Kristus”.