Manusia diciptakan dengan kesempurnaan, kalau diibaratkan benda maka kita adalah benda yang paling mulia. Sayangnya dosa membuat kita menjadi rusak! Sekarang kita mengenal kutipan “tiada manusia yang sempurna” karena memang seperti yang dituliskan dalam Roma 3:23 bahwa semua manusia sudah kehilangan kemuliaan Allah. Jadi tidak mungkin seseorang dalam dunia ini ada dalam keadaan sempurna.
Mari bayangkan skenario ini, kalau ada penjual menawarkan suatu barang yang mudah rusak untuk Anda, apalagi kalau barang itu harganya mahal, ada besar kemungkinan Anda tidak menginginkannya. Mengenai barang komersil, tahukah Anda bahwa ada satu opini yang menyatakan bahwa semua barang komersil dibuat tidak begitu tahan lama, supaya orang terus membeli barang baru? Salah satu contoh yang mendukung opini ini adalah adanya lampu yang tidak pernah padam di California.
Kembali mengenai sesuatu yang mudah rusak, kalau Anda tidak menginginkannya lalu mengapa ada saja orang yang membeli barang yang mudah rusak itu? Tentu saja ada alasan yang kuat mendorong orang itu untuk tetap membeli. Mungkin karena memang kebutuhan, atau karena tidak ada pilihan, atau bisa jadi karena orang itu adalah sultan.
Tetapi bolehkah saya tambahkan satu alasan yang memungkinkan seseorang untuk membeli suatu barang yang mudah rusak. Karena orang itu menyukainya. Benar sesederhana itu, seseorang yang memiliki segalanya, tetapi karena cintanya pada barang atau benda itu. Ia mau membayar mahal untuk membeli atau menebusnya.
Beberapa dari Anda tentu sudah tahu saya akan membicarakan apa dan siapa. Allah adalah pencipta segalanya, manusia adalah ciptaanNYA. Allah begitu mengasihi kita, tetapi kita kemudian menjadi ciptaan yang rusak oleh dosa. Oleh Paulus di surat Roma yang tadi sudah dibahas kita disebut “kehilangan kemuliaan Allah”. Sama seperti benda penerang yang kehilangan cahayanya, manusia kehilangan kondisinya yang serupa dengan Allah.
Allah kemudian berusaha untuk memperbaiki yang rusak tersebut namun di saat yang sama kita terjual dalam kuasa dosa. Hal ini yang kemudian membuat kita harus ditebus. Saya pernah menyampaikan tentang kisah Hosea dan Gomer, saya akan membuat versi singkatnya dengan tabel di bawah ini.
Kondisi | Titik Balik |
Gomer hidup sebagai perempuan sundal yang statusnya rendah. | Orang yang statusnya tinggi “nabi Allah” (Hosea) yang kemudian memperistrinya bahkan membelinya dari persundalan. Hosea 1:2, 3:1-2. |
Manusia hidup dalam kondisi yang kehilangan status sebagai ciptaan yang paling mulia. | Allah yang maha mulia mau menjadi manusia dan menebus manusia dengan darahNYA. Efesus 1:6-7. |
Pada akhirnya kita harus menyadari bahwa kita bukanlah siapa-siapa dan kemampuan kita berasal dari pekerjaan Tuhan dalam kita. Ada dua contoh di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang ingin saya sampaikan untuk menjadi bahan perenungan kita, di masa-masa kita merasa lemah dan tak berarti.
Dalam Perjanjian Lama Tuhan menaruh tanda di dalam hidup Yakub (kaki yang pincang) supaya ia diingatkan akan pertemuannya dengan Tuhan. Pertemuan itu yang mengubahkan dia dari Yakub (Ibrani: pengganti, penipu) menjadi Israel (Ibrani: pangeran Allah). Kejadian 32:22-32.
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan mengizinkan Paulus untuk memiliki kelemahan dalam dirinya. Hal ini bukan untuk menghukumnya, tetapi untuk menjadi tanda bagi Paulus. Kelemahannya menjadi penanda bahwa apa yang bisa dilakukannya karena kekuatan Tuhan bukan kehebatannya. 2Korintus 12:8-10.
Bagaimana sekarang kita melihat diri kita, seseorang yang kuat karena usaha kita sendiri. Atau seseorang yang sadar penuh bahwa ia sebenarnya rusak, pincang dan lemah. Tetapi dikuduskan dan dikuatkan sesuai dengan kekuatan kuasaNYA, bukan kehebatan kita. Efesus 1:18-19.
GodblesS
JEFF