Jika Anda pernah mendengar istilah “the city that never sleeps” itu menggambarkan sebuah kota yang tidak pernah sepi, atau dengan lain kata selalu saja aktivitas yang ada di kota tersebut. Mungkin Jakarta cocok dengan sebutan itu, meskipun kalau jam 2 pagi kata Pak Gubernur Anies sudah sepi jalanan di Jakarta. Tapi secara global biasanya orang menyebut New York, Amerika Serikat dengan julukan kota yang tidak pernah tertidur. Untuk kota Tegal mungkin memang lebih cocok “laka-laka” meskipun jalur pantura yang melintasi kota Tegal bisa dibilang tidak pernah sepi.
Menariknya di dalam Mazmur 121:4 disebutkan bukan tentang kota, tapi tentang penjaga Israel yang tidak pernah tertidur. Saudara Geralldi membawakan mengenai Mazmur ini di Doa Pagi GPdI Mahanaim beberapa hari lalu. Untuk jemaat Mahanaim yang belum tahu, setiap pukul 04.45 WIB sampai dengan pukul 06.00 WIB, Anda bisa mengikuti Live Streaming Doa Pagi Mahanaim di YouTube Channel GPdI Mahanaim Tegal, atau Anda juga bisa hadir secara langsung di Beth Eden. Pakai kesempatan ini untuk bergabung bersama kami dalam Pujian, penyembahan, penyampaian Firman dan doa. Anda yang tidak bisa bangun sepagi itu, tetap bisa menyaksikan rekamannya sampai 24 jam, sebelum videonya dihapus dari YouTube.
Kembali ke Mazmur 121, jika kita baca secara lengkap ini adalah suatu mazmur yang menyatakan betapa orang-orang yang menaruh percaya mereka kepada Tuhan akan dilindungi dan diselamatkan. Betapa kita membutuhkan pesan pengharapan mengenai jaminan penjagaan Tuhan di hari-hari seperti ini. Ketika semua kanal berita berisi kabar yang menyedihkan, menakutkan, dan mengkhawatirkan. Kita berpaling pada berita dari Surga yang menguatkan, menghibur dan memberi jaminan.
Ketika mendengar kata “kekuatan”, “penghiburan”, dan “jaminan” satu figur yang langsung muncul di pikiran saya adalah figur bapa atau ayah. Saya pernah membawakan mengenai sebutan Bapa ini di tahun 2018, dalam Firman Tuhan Ibadah Raya GPdI Mahanaim berjudul “Ayah”. Anda bisa search di website Gereja atau di website pribadi saya dan ketikkan kata kunci “ayah” di kolom pencarian.
Saya selalu suka dengan bagaimana Yesus memperkenalkan Allah sebagai “Bapa” kepada murid-muridNYA dan semua orang yang mendengar pengajaranNYA.
(.)“Bapa” adalah sebutan yang Yesus berulang-ulang kali ungkapkan ketika IA merujuk tentang Allah Pencipta Langit dan Bumi. Contohnya di saat Yesus menyucikan Bait Allah di Yerusalem, IA berkata, “Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Yohanes 2:16.
(..)Demikian juga Yesus berbicara tentang Bapa di dalam doaNYA di depan murid-murid. Matius 6:9-13. Coba Anda baca ayat ini dengan saksama. Saya percaya bahwa apa yang Yesus inginkan adalah pengertian lebih dari pengulangan, karena kalau Anda baca di ayat 7-8 Yesus meminta supaya doa itu tidak bertele-tele dan terlalu banyak kata, karena Bapa mengetahui apa yang kita perlukan. Anda bisa cek juga penjelasan saya bahwa Doa itu bukan mantra orang Kristen di YouTube Channel Gereja.
(…)Yesus pernah menyebut tentang Bapa juga di saat menjelaskan alasan diriNYA terpisah dari rombongan orang yang berjalan pulang ke Nazaret dari Yerusalem. Lukas 2:49.
Meskipun Yesus sering menyebut Allah sebagai Bapa, namun di akhir hidupNYA di muka bumi Yesus bukan memanggil “Abba” (sebutan untuk Bapa di dalam bahasa Aram) tetapi “Eloi” (sebutan untuk Allah, lebih tepatnya Allahku, dalam bahasa Aram). Markus 15:34. Ps. Joseph Prince pernah menjelaskan tentang ini dengan sangat baik. Bahwa apa yang Yesus lakukan dengan memanggil “Allah” kepada yang biasa dipanggilnya “Bapa” itu supaya semua orang yang percaya kepada Yesus bisa memanggil Allah dengan sebutan Bapa. Ini adalah paradoks tindakan dari Yesus, sama seperti “IA mati, supaya kita hidup”, “IA menjadi miskin, supaya kita kaya”, dan lain sebagainya.
Kematian Yesus adalah kulminasi dari kasih Allah yang ditunjukkan pada manusia (Roma 5:8) dan adalah bukti dari janji kemenangan atas kuasa iblis (Kejadian 3:15). IA mengasihi kita dan menepati janjiNYA, apakah layak kalau kita menuduh Allah yang tidak-tidak? Keadaan Ayub yang begitu menderita tidak mengubah kesalehannya kepada Tuhan. Padahal ia dalam kondisi tidak mengerti alasan atas apa yang terjadi. Dalam Ayub 1:22 dituliskan ia “tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.”
Saya menyadari bahwa keraguan akan kehadiran Allah akan semakin meningkat di tengah kesulitan. Ini ditunjukkan oleh Ayub juga di Ayub 13:24, demikian oleh Daud di Mazmur 10:1, juga murid-murid Yesus di Markus 4:38. Pada kisah yang melibatkan murid-murid Yesus, Markus menuliskan, “Pada waktu itu Yesus sedang tidur…” Jadi ayat ini sebenarnya menegasi pernyataan Mazmur 121:4, bukan?
Matthew Henry seorang hamba Tuhan yang terkenal dengan komentar-komentar Alkitab yang ditulisnya, memberi catatan khusus mengenai insiden tidurnya Yesus. Ia menulis bahwa Yesus tidur untuk menguji iman murid-muridNYA! Tentu saja Anda mungkin pernah mendengar pernyataan bahwa mungkin yang tidur adalah sisi kemanusiaan Yesus yang lelah setelah melakukan pelayanan seharian. Apapun pernyataan tentang hal itu, saya tertarik dengan tulisan George Herbert, “Meskipun IA memejamkan mata, namun bukan hatiNYA!”
Saya melihat apa yang Yesus lakukan kepada murid-murid sama seperti apa yang Allah izinkan terjadi kepada:
(.)Ayub, ketika diizinkanNYA iblis untuk “menjamah” segala yang dipunyai Ayub (Ayub 1:11), kemudian tulang dan daging Ayub (Ayub 2:5).
(..)Paulus, yang menulis tentang utusan iblis dalam dagingnya yang “menggocoh” atau dalam terjemahan New English Translation (NET) disebut “menyusahkan” (2Korintus 12:7).
(…)Yesus, saat IA dibawa ke padang gurun dan kemudian dicobai iblis (Lukas 4:2). Kemudian saat Yesus tergantung di kayu Salib, Yesus berkata kepada Allah Bapa “mengapa Engkau meninggalkan Aku?” yang menggambarkan Allah memalingkan wajah karena dosa dunia (Yohanes 1:29) yang ditanggung Yesus.
Namun ketika ujian itu datang, biarlah itu tidak menggoyahkan kepercayaan dasar kita kepada Allah, bahwa IA Bapa yang baik, karena IA selalu berjaga bagi kita. Sama seperti seorang anak yang percaya bahwa ayahnya akan selalu ada untuk dirinya. Saya belum memiliki anak secara jasmani, tetapi saya punya ayah yang begitu memperhatikan saya dan selalu ada. Apalagi Bapa kita di Surga, DIA akan memberikan pemberian yang baik. Lukas 11:12.
Apa itu pemberian yang baik? Roh Kudus. Mengapa kehadiran Roh Kudus itu penting? Ingat Ketika Yesus dicobai? Apa yang dikatakan di Lukas 4:1? Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, dibawa ke padang gurun. Bentuk pencobaan apapun yang Anda hadapi dengan Roh Kudus, Anda punya jaminan penyertaan Allah. 2Korintus 5:5. IA tidak pernah tertidur, IA akan mengirim malaikat-malaikat untuk melayani Anda, setelah Anda menang atas semua pencobaan. Matius 4:11.