SEX, SINGLENESS, AND SELF-CONTROL

Saya merasa banyak orang yang lebih berpengalaman dan lebih mengerti tentang topik bahasan kita kali ini. Namun demikian sebagai seorang ilmuwan Psikologi yang belajar tentang Kekristenan, dan masih sendiri (single but not available), saya melihat ini kesempatan untuk bertukar pikiran tentang ini, meskipun penyampaian bukan dalam bentuk diskusi. Saya harap Anda masih ingat apa yang disampaikan oleh Ps. Raditya Oloan ketika berbicara tentang “Overcoming Sexual Temptations”. Kalau sudah lupa cek saja YouTube Channel GPdI Mahanaim Tegal dan putar ulang videonya.

Sex, Singleness, and Self-Control” adalah topik yang sering muncul di tengah segala kegalauan seorang Remaja. Mereka tidak bisa dikatakan anak-anak lagi, tetapi belum juga menjadi dewasa. Tetapi karena tidak ada seorang pun yang ingin dianggap rendah, maka biasanya masa-masa sebelum dewasa menjadi ajang pembuktian diri para Remaja bahwa mereka bisa melakukan hal-hal yang bisa dibuat orang dewasa.

Masalah besar sering muncul  ketika sesuatu dilakukan tidak dengan hikmat. Ini berlaku untuk semua rentang usia, mulai anak-anak, sampai lansia. Meskipun hikmat sering dikaitkan dengan pertambahan usia, tetapi pada kenyataannya bisa jadi tidak demikian. Contohnya apa yang disampaikan Elihu kepada Ayub dan ketiga sahabat-sahabatnya. Ayub 32:6-9.

Jadi saya berharap meskipun Anda masih muda dan belum “banyak umur”, namun Anda memiliki hikmat untuk berpikir, berkata dan bertindak. Saat banyak orang merayakan bulan kasih sayang, saya ingin kita juga berpikir tentang hal-hal yang memengaruhi hidup banyak remaja.

SEX

Kata ini sering kita dengar dan biasanya langsung diasosiasikan dengan “having sexual intercourse” atau hubungan badan seperti lazimnya dalam hubungan suami-istri. Tentu saja itu adalah bagian dari seksualitas seseorang dalam perkembangan hidupnya, kecuali memang seseorang itu diberi karunia untuk membujang. Matius 19:12. Solusi untuk pergumulan kita di bidang ini seperti apa yang dikatakan oleh Ps. Raditya Oloan, bahwa segala sesuatunya dimulai dari pembaharuan pikiran. Roma 12:2. Apakah kita sudah siap untuk masuk dalam konsekuensi dari aktivitas seksual sebagai suami-istri? Dalam Journal of Ethics edisi 2021, Paddy McQueen dari Swansea University, UK, mendefinisikan aktivitas seksual sebagai semua kegiatan yang dilakukan oleh orang (sendirian atau melibatkan orang lain) yang terlibat dalam aktivitas itu untuk memuaskan keinginan seksualnya.

Saya jelaskan di acara #BukanTontonan Crossover di YouTube Channel GPdI Mahanaim, bahwa keinginan seksual seseorang itu ada karena keinginan dasar manusia untuk bereproduksi. Menariknya keinginan itu selaras dengan tujuan Tuhan bagi manusia di Kejadian 1:28. Jadi apakah hubungan seksual itu Alkitabiah? Iya. Apakah itu boleh dilakukan siapa saja? Tidak. Kalau kita menyelidiki Alkitab mengenai aktivitas seksual Israel sebagai umat perjanjian diatur di Imamat 18 dan 20. Bagi kita yang hidup di Perjanjian Baru, aturan-aturan itu sebenarnya mengerucut ke apa yang Yesus katakan di Matius 22:37-39. Tidak semua keinginan dasar kita perlu dipenuhi seperti apa yang orang lain tunjukkan atau ajarkan pada kita, jika dasarnya bukan dari Alkitab. Kembali ke Roma 12:2, pertanyaannya apakah yang dunia tunjukkan atau ajarkan itu baik, berkenan, dan sempurna? Kata sempurna disini dipakai kata Yunani “teleios” yang dapat diartikan “membawa kepada hasil akhir, atau tujuan akhirnya”. Sehingga aktivitas seksual harus ada tujuan sesuai Alkitab, bukan sekedar memuaskan keinginanmu. Jadi mari sekarang cek aktivitas seksual mu, apakah itu memenuhi tujuan Allah?

SINGLENESS

Menjadi lajang adalah sebuah pilihan. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa Tuhan memberi tujuan untuk bereproduksi. Tentu itu membutuhkan pasangan (Kejadian 2:24), dan proses dari status “sendiri” kemudian “berpasangan” itu harus dilalui untuk menemukan yang sepadan (Kejadian 2:18, 2Korintus 6:14). Saya selalu percaya bahwa proses itu melibatkan urutan: koleksi – seleksi – resepsi. Kesalahan sangat mungkin terjadi di ketiga tahapan ini:

  • Koleksi. Jangan buru-buru berpikir negatif dengan hal ini. Apa yang saya maksud adalah milikilah kenalan yang banyak, tapi jangan semua kemudian dijanjikan komitmen. Yakobus 1:8 berkata bahwa orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. Meskipun konteks ayat ini berbicara tentang iman, saya melihat ada korelasi antara bagaimana kita memandang hubungan dengan Allah dengan bagaimana kita memandang hubungan dengan sesama manusia.
  • Seleksi. Hubungan yang punya tujuan itu harus melalui proses seleksi. Mari kita kembali ke kisah Adam di Kejadian 2:20. Ketika Adam tidak menjumpai yang sepadan baginya, maka kemudian Allah mengambil – membentuk – dan membawa Hawa kepadanya. Seseorang yang lolos seleksi adalah orang yang punya tujuan yang sama dengan dirimu.
  • Resepsi. Kata ini mewakili komitmen selama-lamanya dalam hidupmu. Ketika masuk ke dalam pernikahan, maka itu berlangsung untuk selamanya bukan secintanya. Ketika cinta sudah habis maka habis juga pernikahan itu. Tidak bisa kita melihat perceraian sebagai opsi dalam komitmen pernikahan. Matius 19:7-8.

Untuk apa di usia saya belajar tentang pernikahan? Sadarilah, bahkan Anda tidak lahir langsung bisa berlari dengan benar! Sekali lagi, suatu hubungan itu harus berproses dan memiliki tujuan yang sesuai dengan Alkitab. Kalau kita memiliki pasangan tetapi tidak memiliki tujuan seperti yang saya sudah bahas di bagian sebelum ini, hati-hati karena hubungan itu bisa berakhir negatif. Jadi apakah kita tidak boleh menikmati masa muda?

SELF CONTROL

Melewati masa muda adalah pengalaman yang tidak akan terulang lagi. Tetapi sayangnya untuk mengubah sesuatu yang sudah terjadi di masa muda tidaklah mudah. Karena ketika seseorang masa mudanya sesuai dengan tujuan Allah maka ia akan memiliki masa depan yang sesuai dengan jalan Allah. Amsal 22:6. Sehingga kembali pertanyaannya apa tujuan hidupmu? Apakah hanya untuk “makan minum sebab besok kita mati”? Mari kita buat sederhana, apakah kamu mau hidup “lurus” atau “bengkok”? Kalau pilihanmu hidup yang “lurus” maka kamu sedang mengikuti Jalan Tuhan (Kisah Para Rasul 13:10) tetapi kalau pilihanmu hidup yang “bengkok” maka kamu sedang hidup seperti dunia (Filipi 2:15).

Hidup yang sesuai dengan Jalan Tuhan adalah hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan. Mereka yang menghidupinya akan menerima buah Roh yang didalamnya ada disebutkan tentang “pengendalian diri”. Galatia 5:23. Mengendalikan diri lebih sulit dari pada hidup liar. Nampaknya menyenangkan, tetapi resiko dari tidak mengendalikan diri bisa begitu banyak, trauma, kecanduan aktivitas seksual seperti terpenjara, kehamilan di luar nikah, gagal studi, konflik dengan orang-orang terdekat, dan lain sebagainya. Sekali lagi bukan saya merasa lebih, semua kakak-kakak rohani Anda, termasuk saya, juga terus belajar. Kami terbuka untuk mendoakan Anda yang sedang bergumul mengenai hal-hal di atas, atau hal-hal lain. Mari kita ingat apa yang Rasul Paulus katakan kepada Timotius:

“Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”

(1Timotius 4:12)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s