Selamat pagi jemaat sekalian, mari sekarang kita arahkan perhatian kita kepada Firman Tuhan yang tertulis di dalam Ulangan 22 pada perikop tentang Hukum Perkawinan.
Topik yang menarik, bukan karena saya belum menikah, karena pada beberapa kesempatan saya juga memimpin kelas pra-nikah. Lebih lagi saya rasa Yesus atau Paulus juga tidak menunggu menikah untuk bisa mengajar tentang topik ini.
Pada awal ini saya ingin ingatkan jangan terjebak dengan istilah “jangan kawin dulu, sebelum nikah” karena itu hanya permainan kata orang-orang yang tidak mengerti bahwa “kawin” itu sinonim dengan kata “nikah”.
Meskipun sebenarnya dalam kata “kawin” terdapat juga makna “berkelamin”, tetapi kata itu hanya dipakai untuk kalimat dengan subjek binatang. Kecuali Anda ingin disamakan dengan binatang, maka Anda boleh memaknai “kawin” berbeda arti dengan nikah.
Lagipula dalam TB LAI kata pernikahan hanya digunakan di Kidung Agung sedangkan perkawinan dipakai dari Kejadian sampai Wahyu.
Saya tidak akan membacakan seluruh perikop, ayat demi ayat, tetapi saya harap Anda semua membuka perikop ini di Alkitab Anda, atau di gadget Anda.
Perikop ini membahas peraturan tentang perkawinan, dan saya akan mengambil kata-kata kunci untuk Anda temukan dalam perikop tersebut.
Kata-kata kunci itu saya kelompokkan dalam 3 kelompok besar sebagai berikut:
– Perkawinan.
o Tuduhan.
o Sanggahan.
o Bukti (tanda).
o Konsekuensi.
▪ Jika terbukti (apa yang terjadi pada pihak pria, dan apa yang terjadi pada pihak
wanita).
▪ Jika tidak terbukti (apa yang terjadi pada pihak pria, dan apa yang terjadi pada
pihak wanita).
– Perselingkuhan.
o Dalam konteks perkawinan.
o Dalam konteks pertunangan.
o Dalam konteks hubungan ayah dan anak.
– Perkosaan (yang disetarakan dengan pembunuhan, meskipun tetap dalam konteks perkawinan).
o Dengan korban wanita yang sudah kawin/tunangan.
o Dengan korban wanita yang masih perawan.
Saya tidak akan berusaha menjelaskan semua ini dalam beberapa menit kedepan, karena Anda hanya akan menerima informasi dan bukannya nilai penting dari perkawinan.
Kemarin Gembala mengingatkan kepada staf yang tinggal di pastori Mahanaim, bahwa inti dari kita membahas Perjanjian Lama adalah membukakannya untuk kehidupan kita di Perjanjian Baru. Bagaimana menjelaskan tentang karya Yesus yang luar biasa, yang lebih superior dari semua yang terjadi di Perjanjian Lama. Bukan berarti kita mengabaikan Perjanjian Lama, melainkan belajar daripadanya.
Semua hukum/perintah di PL diberikan supaya semua keturunan Abraham (termasuk kita keturunan Abraham rohani – referensi Roma 4 (ayat 11 secara khusus)) melakukan kebenaran dan (mempraktekkan) keadilan. Kejadian 18:19. Itulah mengapa, contohnya di Ulangan 22:18-19 ada konsekuensi hajaran, denda, dan konsekuensi sosial lain (wanita itu harus menjadi istri seumur hidup), bagi pria yang menuduh tetapi tidak terbukti.
Apakah penerapan hukum itu memuaskan semua pihak? Tentu tidak, yang terhukum tentu saja tidak puas. Tetapi hukum, khususnya Hukum Taurat, tetap harus ada untuk menunjukkan kekudusan kebenaran, dan kebaikan Allah. Roma 7:12.
Sehingga patokan keadilan bukan apakah semua pihak dipuaskan, tetapi ketika kekudusan, kebenaran dan kebaikan Allah ditegakkan dalamnya.
Dengan dasar berpikir ini kita bisa melihat bahwa hukum perkawinan bukanlah sekedar ajang mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Tetapi sekali lagi penegakan hukum itu untuk menegaskan kekudusan, kebenaran dan kebaikan Allah, seperti yang kita lihat 3 kali diulang, ada frase “kauhapuskan yang jahat” di perikop bahasan kita (Ulangan 22:21, 22, 24).
Lalu apa kata Yesus tentang 3 kelompok bahasan diatas: perkawinan, perselingkuhan, perkosaan? Secara singkat Yesus tidak berkenan atas perceraian dalam perkawinan (Matius 5:32) itu adalah zinah. Demikian perselingkuhan dan perkosaan, jangankan tindakannya, hati untuk mengingini saja adalah zinah (Matius 5:28).
Jadi apakah kita perlu menghafal semua peraturan dalam Hukum Taurat? Saya dengan yakin berkata: Tidak perlu! Karena Yesus yang menjadi panutan kita, maka pesan yang dibawaNYA itulah yang menjadi pedoman kita, seperti yang tertulis dalam Yohanes 1:17. Kita bukan pengikut Kristus jika kita hanya berhenti sampai di level mengikuti Hukum Taurat saja.
Apakah kita boleh memelajari Hukum Taurat, tentu saja, tetapi ingat itu dipelajari untuk menemukan kekudusan, kebenaran dan kebaikan Allah yang semuanya digenapi dalam Yesus di Perjanjian Baru.
Biarlah hidup kita, khususnya hubungan kita dengan pasangan kita, adalah hubungan yang didasari kasih karunia dan kebenaran di dalam Kristus Yesus. Jika hubungan Anda di masa lalu atau di masa sekarang, tidak didasarkan oleh dua hal ini. Mari datang ke kaki Yesus, minta kemurahanNYA, minta agar kasih karunia dan kebenaran Tuhan dinyatakan atas hubungan Anda. Demikian juga pengampunan, jika kesalahan yang Anda buat dalam hubungan tersebut belum terselesaikan.
Bagi Anda yang baru menatap masa depan dalam hubungan, serahkan itu pada Yesus. Biar Anda akan menjalani hubungan yang penuh kasih karunia dan kebenaran.
GodblesS
JEFF