Mari kita baca terlebih dahulu ayat utama kita di Markus 12:41-44.
Pengorbanan identik dengan penderitaan. Kita semua mengenal apa itu penderitaan. Mengenai hal ini saya ingin sampaikan satu hal: Semua orang menghindari penderitaan. Tidak seorang pun di dunia ini yang ingin menderita. Kita semua menginginkan kesenangan, kebahagiaan, sukacita. Tapi mereka tidak sadar tanpa penderitaan, tidak ada namanya kesenangan. Tanpa kesedihan, tidak ada namanya kebahagiaan. Tanpa dukacita tidak ada sukacita.
Tidak ada kelahiran seorang bayi tanpa penderitaan dari seorang Ibu yang mengandung selama 9 bulan. Energi fisik dan emosional yang terkuras. Belum lagi ketika saat bersalin tiba, seorang ibu ada dalam kondisi hidup dan mati, demi bayinya. Coba tanya ke istri Anda, atau kalau belum punya anak, tanya ibu Anda.
Mengenai hal ini pun saya berani katakan: Satupun manusia tidak ada yang benar-benar lepas (atau tidak membutuhkan) pengorbanan orang lain.
Mari kita kenakan pikiran logis kita. Dimulai dari awal pembuahan embrio manusia. Untuk satu sel sperma yang berhasil membuahi sel telur dikorbankan berjuta-juta sel lain yang bergerak bersama yang berhasil. Kemudian, sebelum bayi atau janin keluar dari rahim juga dibutuhkan pengorbanan besar seorang ibu. Lebih lagi, supaya kita dapat sekolah, dan memenuhi kebutuhan sandang-pangan-papan, ada kepala keluarga (ayah). Bahkan untuk kesuksesan apapun juga bentuknya dibutuhkan pengorbanan orang-orang yang ada di sekitar kita.
Apa yang dilakukan oleh janda miskin di dalam Markus 12 adalah sesuatu yang diapresiasi oleh Tuhan Yesus karena ia mengorbankan miliknya ke dalam peti persembahan, dengan tidak berfokus untuk mengasihani dirinya.
Coba kita lihat apa yang dialami Yesus lebih dari 2000 tahun lalu yang penuh dengan kisah pengorbanan yang luar biasa. DIA yang tidak seharusnya menjadi korban, datang mengorbankan diriNYA. Supaya kita selamat. This is the BEAUTIFUL EXCHANGE.
2 Korintus 8:9
Dia yang kaya menjadi miskin, supaya kita diperkaya.
Dia yang sehat dan kuat, menjadi sakit dan lemah, supaya kita memiliki kesehatan dan kekuatan.
Dia yang tak bersalah menjadi bersalah, supaya kita dibenarkan.
Dia yang adalah Anak Allah, menjadi orang yang terbuang, supaya kita dapat memanggil Allah kita, BAPA.
Roma 8:14-15. Tentu hal yang sama diharapkan ditunjukkan oleh anak-anakNYA.
Allah menjadi yang pertama menunjukkan hati yang penuh kasih dan ditunjukkan lewat pengorbananNYA yang besar! Yohanes 3:16.
Pengalaman adalah guru yang baik. Tanpa pengalaman kita tidak belajar secara maksimal. Memang ada beberapa hal yang tidak perlu kita alami secara langsung untuk belajar. Misalnya: tidak perlu membakar rumah untuk membuktikan api itu berbahaya di perkampungan, atau memotong tangan untuk membuktikan pisau itu tajam.
Tapi lihatlah Abraham. Pengalaman mengorbankan anaknya yang tunggal menyempurnakan kepercayaannya pada Tuhan.
Korban yang seperti apa yang diharapkan? Saya urutkan dari tingkatan yang menurut saya paling mudah sampai yang paling sukar.
- Mazmur 50:23 – persembahan syukur
- Mazmur 51:19 – hati yang hancur
- Ibrani 13:6 – perbuatan baik/persembahan
- Roma 12:1 – tubuhmu.
GodblesS
JEFF