RED DOT SYNDROME

Dalam terjemahan bebas ini bisa disebut sebagai “sindrom titik merah”, suatu istilah yang sering disematkan kepada negara Singapura karena luas wilayah mereka yang sangat kecil, sehingga di peta hanya terlihat seperti titik merah kecil.

Ini adalah beberapa fakta singkat tentang Singapura:

  • Disebut “negara kota” di satu pulau.
  • Nama resminya “Republik Singapura”.
  • Memiliki sebutan “Kota Singa” dan “Kota Taman”.
  • Pada 2016 memiliki estimasi jumlah penduduk 5,6 juta orang.

(Begini kira-kira bentuk pulaunya)

Tetapi meskipun kecil, posisi Singapura sekarang sangat diperhitungkan. Singapura adalah salah satu kekuatan ekonomi Asia, bahkan dunia. Namun demikian, ada satu hal yang “di-amin-i” oleh banyak pihak, bahwa negara kecil ini ingin dipandang sebagai yang pertama di dunia dalam segala hal.

Beberapa hal-hal subyektif yang saya temukan dari Singapura salah satunya adalah tentang bandar udara mereka. Bandara Changi mungkin adalah bandara terbaik di dunia dalam segi fasilitas tetapi bandara yang tersibuk di dunia ada di Amerika Serikat, yaitu Hartsfield-Jackson Atlanta International Airport, ini sesuatu yang tidak mungkin dilewati Singapura.

Singapura, atau pemerintahnya, gemar membuat pameran atau instalasi fasilitas, dan mengklaimnya sebagai yang pertama di dunia. Saya rasa ini terjadi karena mereka ingin menutupi kekurangan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan luas wilayah mereka.

Menariknya di Alkitab juga ada sindrom yang kurang lebih sama. Pada intinya karena posturnya yang kecil, maka dia berusaha mencari kompensasi dengan melakukan hal-hal yang mengundang perhatian. Mari kita sebut kisah ini “Zacchaeus Dot Syndrome”. Zakheus sebagai bagian dari komunitas Israel tidak mengetahui bahwa faktanya ia memiliki bagian dalam “Perjanjian Abraham”. Lukas 19:9. Ini sebenarnya perjanjian yang ditentukan bukan semata-mata karena memiliki hubungan darah atau kekerabatan yang sama, tetapi karena IMAN, seperti yang ditemukan dalam Abraham. Roma 9:8.

Zakheus adalah setitik noda di kalangan Yahudi karena ia memilih sebuah profesi yang memalukan, sebagai seorang pengkhianat Yahudi karena bukan saja menjadi kolaborator Romawi, tetapi ia juga tidak segan menekan bangsanya sendiri.

Tetapi jika kita melihat arti kata dari namanya di Lukas 19:2. Zakheus berasal dari kata “zaccai/zakkay” yang berarti murni. Kalau kita lebih dalam lagi mempelajari akar kata tersebut, maka itu berasal dari kata “zakak” yang juga berarti bersih, mengkilap. Sayangnya Zakheus bertingkah laku berkebalikan dari arti namanya.

Ps.Prince pernah menyampaikan kepada jemaatnya demikian, mengenai mendidik anak. Ketika ia merasa anaknya “bandel” dan tidak taat, dia akan berkata: “Kamu adalah putri dari Raja diatas segala raja, jadi berhentilah bertindak seperti putri seorang penjahat!”

Dalam Yeremia 2:21, Nabi Yeremia mengecam Israel, sebagaimana Firman yang ditaruh Allah kedalam mulutnya, bahwa mereka adalah benih yang murni, namun berubah menjadi liar dan menghasilkan aroma yang tidak menyenangkan.

Malam hari in, mungkin (diakui atau tidak, disadari atau tidak), ada sindrom ini di dalam hidup kita. Tolong, ketika mendengar penyampaian ini, jangan buru-buru berkata: “Wah pas ini untuk si ini atau si itu!” Tetapi mari masing-masing kita introspeksi, apa yang sebenarnya terjadi dengan hidup kita.

Kita semua diciptakan murni, tanpa kepalsuan, tetapi seiring waktu berjalan Anda berpikir (didalamnya ada proses sensori: mendengar dan melihat), dan menyadari bahwa ada sesuatu yang kurang dalam diri kita.

Mengenai proses berpikir ini saya teringat dengan kasus Hawa di Kejadian 3:6. Ia berpikir, bertindak kesalahan, dan berpikir lagi bahwa ia bisa menutupi itu. Kejadian 3:7. Satu hal yang kita pelajari dari proses berpikir yang salah adalah: Anda akan kehilangan apa yang Anda miliki ketika fokus Anda hanya pada hal-hal yang Anda tidak miliki. Sering terjadi kita menukar waktu bersama Keluarga dengan waktu bekerja, atau waktu merenung tentang Tuhan, dengan waktu merenungi gawai (gadget) yang kita miliki.

Bagaimana dengan kasus Zakheus? Dia adalah orang yang pendek! Kita bisa baca kembali ini di Lukas 19. Apa yang Zakheus lakukan dengan memanjat pohon itu sebenarnya adalah cerminan kehidupannya selama ini! Dia seperti berkata: Jangan pernah anggap aku rendah!

  • Ini dia buktikan dengan menjadi orang terkaya dengan cara apapun.
  • Ini dia buktikan dengan menjadi orang terkejam dengan menindas siapapun.
  • Ini dia buktikan dengan menjadi orang terkenal (notorious) dengan statusnya.

Anda bisa bayangkan saat itu, terjadi kerumunan, dan saya berpikir seperti yang juga pernah disampaikan Ps.Judah Smith, tidak ada orang di lingkungannya yang mau memberi tempat bagi dia. Hal ini bukan membuat dia tersadar, tetapi malahan mendorong dia untuk kembali membuktikan sesuatu.

Saat ini apa yang menjadi kekuranganmu? Fisik? Sosio ekonomi? Kasih sayang dan penghargaan? Lalu apa yang menjadi “pohon” pembuktianmu? Tetapi lihatlah apa kata Yesus? Lukas 19:5. Yesus berkata: “Aku ingin tinggal bersamamu.” Ini seperti yang tersirat di pertanyaanNYA di Kejadian 3:9.

Lalu apa kemudian yang jadi respon kita? Kebenaran diri sendiri (seperti yang dilakukan Adam, Israel, Daud, Yudas Iskariot)? Tuhan benci itu, ketika kita merasa kita lebih pintar dan bisa membodohi Tuhan yang Maha Tahu. Seharusnya respon kita adalah seperti di Lukas 19:6. Terima DIA, terima Firman itu, berkomunikasi (melalui doa) dengan DIA, pujilah dan sembah DIA, dengan sukacita. Anda akan menyaksikan perubahan akal budi (metanoia) saat itu terjadi. Lukas 19:7.

Apakah Anda mau mengambil 5-10 menit untuk “turun dari pohonmu”? Dan biarkan DIA “tinggal”.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s