Saya percaya sepanjang hidup kita, kita mencari sesuatu yang terang, yang jelas. Saya tidak tahu dengan Anda, tetapi saya lebih suka dengan terang. Bahkan saat kecil selama beberapa lama (sampai SMP kelihatannya) saya memilih untuk membiarkan lampu kamar tidur saya menyala. Mungkin hanya sedikit orang yang lebih memilih dalam gelap di sebagian besar hidupnya.
Menariknya kalau kita melihat ke awal mula penciptaan bumi, Allah yang menjadikan terang. DIA lah sumber terang, didalamnya tidak ada bayang-bayang perubahan. Pada 2000 tahun yang lalu DIA datang untuk membawa terang kembali ke bumi. Lukas 1:79 (TB) “untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.”
Coba kita perhatikan alasan kedatangan Yesus, tokoh sentral iman kita, dalam ayat ini dijelaskan secara jelas. Alasan yang pertama, “untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan”. Siapa “mereka” yang dimaksud? Kita, manusia. Sadarkah kita kalau sebenarnya manusia ini hidup dalam gelap. Karena di dalam gelap kita tidak bisa melihat. Dan lihatlah banyak sekali di sekitar kita orang-orang yang tidak bisa melihat.
- Mereka tidak bisa melihat mana uang milik mereka dan uang yang bukan milik mereka.
- Mereka tidak bisa melihat mana pasangan yang menjadi hak mereka dan pasangan yang bukan hak mereka.
- Mereka tidak bisa melihat mana yang harus mereka kuasai dan mana yang mereka harus lepaskan.
Hidup dalam kegelapan adalah hidup yang tanpa harapan. Anda tidak mengerti siapa yang ada di depan-belakang-samping Anda. Anda berjalan tanpa arah dan tujuan. Satu-satunya yang Anda pikirkan adalah bagaimana bertahan hidup selama mungkin. Jika sudah tidak ada alasan lagi untuk bertahan, maka mati menjadi jalan satu-satunya. Bukankah ini kehidupan yang gelap? Anda tidak perlu menjadi putus asa, karena harapan itu masih ada.
Coba bayangkan Anda sedang ada dalam hutan yang sangat lebat dan hari sudah malam, Anda tidak punya alat bantu penerang. Apa yang Anda harapkan? Terang. Atau bayangkan jika Anda terkurung dalam suatu ruangan gelap yang tak berpintu dan berjendela, yang saudara tahu hanya bentangan dinding yang begitu panjang dan tak berujung. Apa yang Anda harapkan? Terang.
Coba kita baca kembali Yesaya 60:2 “Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa.” Kita lihat disekeliling kita sepertinya gelap.
- Tidak ada harapan Indonesia akan bebas dari korupsi.
- Tidak ada harapan bahwa Indonesia akan lolos dari krisis ekonomi.
- Tidak ada harapan bahwa hidup Anda bisa lebih baik dari ini.
- Tidak ada harapan bahwa keluarga saya, istri saya, suami saya, anak saya, kakak saya, adik saya, bisa berubah.
Lihatlah apa yang selanjutnya disebutkan dalam ayat ini: “tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.” Ada harapan di tengah-tengah kegelapan. Lebih dari 2000 tahun yang lalu seseorang menggenapi apa yang tertulis dengan berkata demikian: Yohanes 8:12 (TB) “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”
What I’m trying to say is this, if HE is the light, then we also are the light. Kalau kehadiran Yesus menjadi terang yang membawa harapan, demikian juga kita. Sering kita berpikir tentang “kamulah terang dunia” tetapi apa sebenarnya menjadi terang itu? Membawa pengaruh! Matius 5:16 “Hendaklah terangmu bercahaya di depan semua orang.” Ayat ini adalah perkataan Yesus yang IA ucapkan ketika berbicara tentang PENGARUH. Bukankah hidup manusia secara konstan adalah proses MEMENGARUHI & DIPENGARUHI?
Bayangkan sejak dalam kandung, bahkan lebih lagi, sejak masih dalam bentuk SEL. Anda sudah membawa pengaruh. Kalau kita bisa menjadi pengaruh berarti kita harus hati-hati terhadap pengaruh yang kita bisa bawa. Ini ada pesan Firman Tuhan bagi semua orang muda, bahkan buat semua orang percaya. Apa yang seharusnya dilakukan? 1Timotius 4:12. Jadi teladan = Jadi terang.
Kembali ke pokok bahasan mengenai pengaruh. Jika hidup manusia sejak awal sudah ditentukan untuk jadi pengaruh. Bukankah hal itu (maksudnya menjadi pengaruh) akan lebih lagi dituntut dari kita saat kita semakin bertumbuh dewasa, baik secara jasmani, maupun rohani. Coba baca Amsal 4:18, kita diminta “bertambah terang.”
So, we are expected to be shining bright and brighter, and stay there infinitely. Infinitely ini bisa berarti selamanya, tetapi juga bisa berarti dalam derajat yang semakin besar, semakin luar biasa. Berarti tidak ada kata berhenti, atau berpuas diri. You must be the light at all time. How? By showing love. 1Yohanes 2:10; 1Yohanes 3:10; 1Yohanes 4:21. Pengaruh yang harus kita bawa kembali dasarnya bukan harta-tahta-dan cinta, tetapi kasih!