GOOD NEWS (Kabar Baik)

Kabar baik adalah sesuatu yang ditunggu semua orang. Pada tahun-tahun ini, mungkin ada beberapa kabar yang membuat Anda sedih dan kecewa. Namun mungkin juga ada beberapa kabar baik yang Anda terima dan membuat setidaknya Anda tersenyum. Apa pun itu, kita tahu bahwa ada kabar baik untuk kita semua tanpa terkecuali. Suatu kabar pengharapan untuk menghadapi hari-hari kedepan.

Lukas 4:18. Yesus sendiri menyatakan bahwa kedatanganNYA adalah untuk membawa kabar baik. Apa kabar baiknya? Tahun rahmat Tuhan, tahun Anugerah Tuhan telah datang. Waktu kemurahanNYA telah datang. Tuhan tidak marah terhadap Anda, Tuhan malahan memberi Anugerah, sebuah hadiah yang seharusnya tidak layak kita terima. Hadiah diberikan kepada seseorang setelah perbuatannya. Misalnya dalam perlombaan. Namun anugerah, berarti seseorang yang tidak layak, yang tidak mampu mengupayakannya sendiri. “Anda adalah anugerah dan bukan musibah”. Katakan itu kepada pasangan Anda.
Yesus adalah anugerah yang melebihi hadiah apapun yang mungkin kita bisa terima. Jauh lebih berharga dari hadiah yang dunia bisa tawarkan.

Jika kita baca Roma 8:32 dikatakan: “IA yang tidak menyayangkan…” You won’t appreciate something until you realized how precious it is to someone else. Hal-hal seperti ini biasanya Anda dapatkan ketika Anda bertemu dengan orang yang posisi, kondisinya lebih sulit dari Anda. Ini terjadi di kedukaan. Atau juga ketika Anda mengunjungi tempat-tempat terpencil yang kekurangan air, makanan, atau listrik misalnya. Anda akan kemudian sangat menghargai hal yang sangat sederhana. Mungkin Anda ingat cerita Raja Daud dan pahlawan-pahlawannya di 2Samuel 23:13-17.

Kalau kita kembali pada pembacaan kita di Roma 8:32, selanjutnya ditulis “…tetapi yang menyerahkanNYA bagi kita.” Anda akan dapatkan bagaimana berharganya anugerah yang Anda peroleh, dan itu diserahkan “bagi kita”, khusus, spesial. Ini yang membuat Natal spesial. “Hadiah” sejati, “hadiah” terbesar, “hadiah” paling berkesan di masa Natal adalah Yesus sendiri. Saya pernah juga menyampaikan betapa orangtua saya (dan tentu saja banyak orangtua lain disini) yang sangat menyayangi anaknya. Anda pasti bisa menghayatinya.

Karena itu seharusnya kita punya “cara pandang yang positif” mengenai Tuhan. Karena Allah bukan lawan kita, namun Allah adalah BAGI KITA. He is for us!!! Dalam Mazmur 146:8 “…Tuhan mengasihi orang-orang benar.” Anda bisa berargumen: “tetapi saya belum benar, saya belum sempurna…” Betul. Demikian juga dengan Abram. Kejadian 15:6. Seseorang yang tidak benar, namun karena imannya membuat dia dibenarkan di hadapan Allah. Kalau kita melihat ke Perjanjian Baru, seperti halnya Abram, iman kita kepada Yesus yang membenarkan kita. Roma 3:23-26.

Kalau berkaca pada perbuatan kita, dosa sajalah yang kita perbuat, namun syukur kepada Allah di dalam Yesus Kristus yang lahir dan hadir bagi kita semua, kita dibenarkan. Hendaknya kita bersyukur sungguh, dan bermegah hanya di dalam DIA. 1Korintus 1:30-31. Inilah kabar baik itu, yang diberikan supaya kita juga bagikan (makna penginjilan adalah membagikan): ANAK ALLAH TELAH DIBERIKAN BAGI KITA KARENA KASIHNYA PADA KITA. Itulah mengapa kesimpulan dari semua Injil/Kabar Baik itu selalu kembali kepada: Yohanes 3:16. Ini kemudian diulangi lagi di 1Yohanes 4:9, bahwa kasihNYA membuat kita hidup.

Apa yang dikatakan oleh Yesus kepada Nikodemus sebenarnya sudah dinubuatkan dalam Yesaya 9:5. Untuk membahas mengenai “Anak Allah yang diberikan bagi kita” pertama-tama kita akan membahas dulu mengenai konsep “Anak Allah”. Ini adalah konsep yang sering kita dengar dalam kekristenan, namun sebenarnya adalah suatu konsep asing dalam agama-agama monotheism.

Lain halnya dengan agama-agama polytheism yang seringkali memang menggambarkan tuhan/dewa-dewinya bisa saling kawin, baik antar dewa, maupun cross-breed dewa dan manusia, atau binatang? Saudara bisa melihat itu di kisah-kisah seperti Hercules, dimana dia adalah anak dari dewa Zeus, dewa tertinggi dalam mitologi Yunani. Tetapi saya tidak ingin membahas ini lebih jauh, karena inti yang ingin saya sampaikan adalah konsep Anak Allah adalah sesuatu yang lumrah bagi penganut politheisme. Namun sebaliknya menjadi konsep yang sulit dicerna oleh penganut monotheisme (contoh: Yahudi, Kristen, Islam).

Itulah mengapa, terutama kita yang menghadapi banyak pertanyaan dari dunia yang tak mengenal Yesus penting bagi kita untuk bisa menjawabnya dengan cara yang baik. Karena Rasul Petrus mengingatkan bahwa sebagai pengikut Kristus kita harus bisa mempertanggungjawabkan pengharapan yang kita percayai. 1Petrus 3:15.

Apa penjelasan yang bisa kita berikan mengenai konsep “Anak Allah”. Saya akan berikan 3 penjelasan yang berurutan, dan semoga ini memudahkan Anda juga untuk menjelaskan kepada orang lain.

  1. Untuk berbicara dengan manusia, Allah menggunakan bahasa manusia. Mazmur 73:22.
  2. Tuhan merendahkan diriNYA untuk menjadi sama dengan manusia. Filipi 2:5-8.
  3. Menjadi serupa dan segambar adalah sesuatu untuk menggambarkan konsep Anak. Kejadian 5:3.

Melanjutkan poin ketiga di atas, saya ingin menjelaskan lebih lanjut bahwa meskipun sebutan “Anak Allah” sering disematkan kepada Yesus, namun itu bukan saja mengacu kepada Yesus. Anak Allah juga bisa mengacu kepada:
Adam. Kejadian 1:26.

Kita semua yang percaya pada Yesus dan dipimpin Roh Allah. Roma 8:14-15.
Anak Allah diberikan bagi kita. Karena iman kepadaNYA lah kita menerima Roh yang menjadikan kita anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, “ya Abba, ya Bapa!” Suatu jaminan untuk kita tidak takut lagi. Katakan AKU ANAK ALLAH, aku tidak perlu takut lagi, sebab jika Allah di pihakku, siapa yang akan menjadi lawanku! Amin.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s