Seringkali kita orang-orang percaya menganggap diri sebagai orang yang “pasti” mau menerima Firman Tuhan. Bahkan seringkali kita meng-iya-kan Firman Tuhan dengan berkata: Amin! Kemudian merasa bahwa kita hidup “dibawah otoritas Firman Tuhan”. Atau kita dengan mudah menyatakan: Firman Tuhan yang terutama.
Tapi kita lupa bukan anggapan atau persepsi kita, bukan seberapa kali kita meng-amin-kan sesuatu, bukan pernyataan kita, namun sikap hati. Kita merendahkan hati ketika Firman Tuhan itu datang menegur.
Bahkan seorang yang dikategorikan “pendeta” sekalipun banyak masih harus berjuang untuk hal ini: merendahkan hati dibawah Firman Tuhan. Bahwa kehidupan ini bukan sekedar pemenuhan kebutuhan hidup, kebutuhan utama, kebutuhan primer, melainkan mendengarkan Firman Tuhan dan dengan rendah hati mau menerima Firman itu.
Ulangan 8:3 Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
GodblesS (jeffminandar@gmail.com)