MENGIKUT YESUS SESUAI KEHENDAK-NYA

Matius 8:19-20.

Bagi seorang pengikut Yesus yang sejati, pemahaman tentang mengikut Yesus tidak berhenti pada pemahaman seperti seorang fan (pengagum/penggemar). Kata “fan” sendiri kemungkinan berasal dari singkatan kata Bahasa Inggris: “fanatic”, yang diturunkan dari kata Latin “fanaticus”, kalau diterjemahkan berarti “terinspirasi oleh dewa” atau “pengikut kuil”.

Seorang fanatic, pada mulanya (sekitar abad 16) adalah istilah untuk menggambarkan orang yang punya semangat berlebihan khususnya dalam konteks agama atau ideologi. Namun bahasa itu berevolusi, memasuki abad 19, seorang fan (tidak lagi disebut kata utuhnya), ditujukan kepada orang yang menyukai suatu tim dalam olahraga profesional  (khususnya di Amerika Serikat). Sekarang, fan, bisa berarti penggemar atau orang yang menyukai sesuatu. Bahkan sekarang di budaya K-Pop ada istilah lain yang disebut “bias”.

Namun inti perbedaan seorang pengikut (Yesus) dengan seorang fan ada di empat aspek berikut:

  1. Relasi.

      Seorang fan terhubung dengan idolanya hanya satu arah. Sedangkan mengikut Yesus relasinya dua arah. Yesus mengasihi kita, seperti IA mengasihi murid-muridNYA. Yohanes 13:1. Demikian kita mengasihi DIA dengan memegang dan melakukan perintahNYA. Yohanes 14:21.

      1. Komitmen.

      Seorang fan komitmennya sesaat dan bisa berubah. Sedangkan pengikut Yesus (yang sejati) komitmennya total. Seumur hidup akan mengikuti Yesus, bahkan sampai mati. Wahyu 2:10. Ia sadar bahwa jika ia mati dengan Kristus, ia akan bangkit dengan Kristus juga. 2Timotius 2:11. Ayat terakhir ini adalah nyanyian atau pengakuan iman saat Baptisan Air di Gereja Abad Pertama.[1]

      1. Tujuan.

      Seorang fan mengikuti idolanya untuk suatu hiburan atau identitas sosial. Sedangkan menjadi pengikut Yesus ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam hidup yang bernilai kekal, meski masih ada dalam dunia. Filipi 3:17-21. Dirinya mengetahui ia adalah warga negara Surga, dan ia berlaku selaras dengan itu.

      1. Risiko.

      Seorang fan hampir tidak memiliki risiko yang berarti. Namun seorang pengikut Yesus harus mau menderita dan mengalami penolakan. Matius 16:24.

      Hal ini membawa kita kembali ke ayat pertama kita. Saat ada seorang ahli Taurat ingin mengikut Yesus dengan komitmen penuh, Yesus dapat melihat motivasi seseorang jauh melebihi yang dapat dilihat manusia. Maksud dari ahli Taurat ini untuk mengikut Yesus, dapat dihubungkan dengan kerumunan orang banyak yang mengikuti Yesus, mukjizat-mukjizatNYA, dan karisma dalam segala pengajaranNYA.[2]

      Tetapi mengikut Yesus bukan sekadar menjadi seorang fan. Bukan sekadar menjadi orang yang terangkat statusnya di depan orang banyak karena Yesus hebat. Mengikut Yesus mengandung konsekuensi ketidaknyamanan, yang bahkan jika dibandingkan dengan seekor serigala atau seekor burung. Matius 8:20.

      Kalau kita ingat kisah para Majus dalam Matius 2:1-11. Kita bisa melihat perjalanan mereka seperti, perjalanan seorang pengikut Yesus:

      1. Mendapat tanda/fenomena/penglihatan tentang sesuatu yang “luar biasa”.
      2. Mencari dan menemukan DIA (Yesus).
      3. Mengikut Yesus.

      Tahapan yang ketiga itu ada level yang sangat berbeda. Betul ada hal yang membuat antusias di level pertama dan kedua, bahkan meskipun sulit ada semangat untuk menjalaninya. Tetapi saat antusiasme mereda, dan jalannya tetap tidak nyaman, tetap menderita, perlu penyangkalan diri terus menerus, dan tanpa jaminan dunia. Apakah kita tetap mau mengikut Yesus?

      Untuk hidup bijaksana, bukan berarti selalu mengambil keputusan yang paling mudah. Matius 7:14. Waktu kita di dunia terbatas, sesudah dunia berakhir masih ada kekekalan yang menanti. Sekarang pilihan ada di tangan kita, hidup sesuai kehendakNYA dan bertahan percaya padaNYA, atau memilih untuk tidak percaya. Yohanes 3:18.  


      [1] Philip H. Towner, “1-2 Timothy & Titus” – The IVP New Testament Commentary Series, 1994. 2Timothy 2:11.

      [2] William Hendriksen, “Exposition of the Gospel According to Matthew” – New Testament Commentary. 1973. Implications of Discipleship: Matthew 8:19.

      Leave a comment