UJIAN KEUANGAN

Matius 6:21.

Kita tidak sedang berusaha menjadi “ahli” keuangan saat kita belajar mengenai keuangan dari perspektif Alkitab. Tetapi dengan menyadari bahwa “uang adalah alat” (Lukas 16:9),  maka sangat tepat jika kita belajar menggunakan “alat” ini. Supaya nantinya tidak berbalik menjadi jerat bagi kita.

Banyak hal yang sebenarnya adalah alat dari Tuhan untuk dipergunakan manusia dengan baik. Namun saat manusia menggunakannya dengan salah, akhirnya malah menjadi jerat. Beberapa contoh di antaranya:

  • Makanan. Meskipun tidak berbentuk seperti alat yang bisa kita pegang untuk memperbaiki sesuatu, tetapi makanan memenuhi makna dari sebuah alat, yaitu “sesuatu yang dipakai untuk mencapai maksud”. Makanan itu baik, Tuhan menyediakannya bagi kita. Kejadian 9:3. Tetapi saat manusia terjerat dengan makanan, termasuk di dalamnya cara mengonsumsi makanan tersebut. Maka makanan itu menjadi jerat. Itulah mengapa penulis amsal memperingatkan kita di Amsal 23:2 ketika berhadapan dengan makanan.
  • Hubungan seksual. Ini adalah alat dari Tuhan untuk dieksplorasi oleh manusia di dalam konteks keluarga, tersirat dalam perintah Allah kepada Adam dalam Kejadian 1:28. Hubungan seksual itu baik untuk memenuhi tujuan ilahi, dan untuk kesenangan bagi manusia. Kidung Agung 1:2. Tetapi saat manusia terjerat dengan (nafsu) hubungan seksual yang di luar “penggaris” firman Tuhan, maka hal itu bisa jadi pemisah antara kita dengan Tuhan. 1Korintus 6:9-10.

Uang juga demikian, dari alat bantu yang memudahkan, ia bisa menjadi jerat yang mencelakakan. Hal ini terjadi saat kita tidak mempelajari kesalahan-kesalahan yang tercatat di Alkitab berkaitan dengan uang.

Kesalahan 1: Ingin memiliki yang bukan haknya.

Kita melihat hal ini dilakukan oleh seseorang yang namanya Akhan. Yosua 7:1. Jelas barang-barang yang disimpannya seharusnya dimusnahkan atau dimasukkan ke dalam perbendaharaan Rumah Tuhan. Yosua 6:17-19. Uang, atau barang berharga yang dapat diuangkan, jika itu bukan hak kita, itu malahan bisa mencelakakan kita (Yosua 7:25),  keluarga kita (ayat 24), dan orang-orang yang tidak tahu menahu dengan tindakan kita (ayat 5, 11-12).

Mungkin yang paling relevan dengan hal ini bagi kita adalah tindakan korupsi. Suatu kriminalitas  yang berpotensi mencelakakan orang lain, keluarga kita, dan diri kita. Korupsi bukan saja dilakukan di lingkungan pemerintahan, kejahatan bisa terjadi di semua lini.

Kesalahan 2: Memperkaya diri dengan berbohong.

Masih di Perjanjian Lama, ada kisah seorang asisten yang berbohong atas nama tuannya. Nama orang itu, Gehazi. Kebetulan tuannya adalah seorang hamba Tuhan (nabi), bernama Elisa.

Gehazi begitu menginginkan peningkatan dalam keuangan pribadinya, ia melihat ada kesempatan, dan terlontarlah kisah bohong di hadapan Naaman. 2Raja-raja 5:15-16, 22.  Kesempatan, meskipun nampaknya sekali seumur hidup, tidak sebanding dengan rasa bersalah yang melekat di sisa hidup kita (ayat 27). Betul, secara status kekayaan kita bertambah (ayat 26), namun apakah warisan yang seperti ini kita berikan pada anak cucu kita?

Kesalahan 3: Mengorbankan kekekalan demi cinta uang.

Mari sekarang kita ke kisah di Perjanjian Baru. Sebuah kisah klasik tentang pengkhianatan oleh orang yang dipercaya dalam hal keuangan. Ini terjadi sebelum Perjamuan Terakhir Yesus dengan murid-muridNYA. Yudas Iskariot menemui para imam kepala dan “menjual” Yesus dengan imbalan 30 uang perak. Matius 26:14-16.

Yudas Iskariot menggadaikan kemuliaan kekal (Wahyu 21:14), saat namanya (seharusnya) diterakan di salah satu batu dasar Kota Kudus, Yerusalem Baru, yang turun dari Surga, dengan rasa malu dan kematian kekal. Matius 27:4-5. Bagi dia tepatlah pernyataan, “uang tidak dapat menyelamatkan”. Hal ini tersirat dari perkataan-perkataan Petrus (1Petrus 1:18-19), Paulus (1Timotius 6:10), dan Tuhan Yesus (Matius 19:23-24).

Dari 3 kisah Alkitab mengenai kesalahan keuangan ada satu unsur yang menariknya sama-sama diinginkan ketiga tokoh tersebut. Unsur itu adalah perak! Saya tidak akan menjelaskan tentang sejarah perak sebagai barang berharga. Tetapi kalau Anda bertanya kepada mereka yang mendalami Alkitab, perak itu bicara tentang lambang penebusan atau harga tebusan di Perjanjian Lama. Keluaran 30:12-16, Bilangan 18:16, Imamat 27:3-7.

Ini adalah sebuah ironi, ketiga tokoh itu mengorbankan nyawa mereka untuk mendapat harta. Padahal kalau mereka melepaskan harta itu, seharusnya mereka menyelamatkan nyawa mereka. Saya rasa ini salah satu ujian kita sebagai pengikut Kristus yang sejati. Apakah demi uang, kita rela kehilangan keselamatan, atau demi Keselamatan kita rela kehilangan uang kita? Biarlah 1Petrus 1:18-19  menjadi pegangan kita sampai akhir.

Leave a comment