MENGUCAP SYUKUR

Kolose 4:2.

Dalam ayat ini kita dinasihati untuk bertekun dalam doa dan sesudahnya kita juga mengucap syukur. Jadi hubungan kita dengan Tuhan bukan hanya berisi permohonan, tetapi juga ucapan syukur. Ini juga mengingatkan kita, mana yang lebih banyak dalam keseharian kita, memohon kepada Tuhan atau mengucap syukur kepadaNYA.

Jangan sampai kita menganggap Tuhan seperti “mesin penjual barang” (vending machine). Kita sudah memasukkan “koin” (doa, perbuatan baik, pelayanan) dan berharap “barang” (jawaban doa) yang kita mau. Dalam “Doa Bapa Kami” kita melihat bahwa ada unsur penyerahan dalam hubungan kita dengan Tuhan, jadi bukan sekadar apa yang kita mau. 1Petrus 4:2.

Ucapan syukur adalah konsep yang berlawanan dengan keluhan. Secara saintifik ucapan syukur berkaitan dengan kepuasan hidup. Bahkan ada penelitian yang melihat keterkaitan yang kuat antara kepuasan hidup dengan kebahagiaan bahkan kinerja seseorang.[1] Ini bukan berarti kita menganggap keluhan adalah dosa. Kita lihat di beberapa bagian Alkitab, Allah mendengarkan keluhan umatNYA. Mazmur 12:6, Yakobus 5:4.

Namun jika kita mengerti bahwa waktu dan kesempatan kita terbatas. Kita ingin menjadi orang yang lebih bijaksana dalam menghadapi hidup, karena kita belajar mengenai Kristus. Efesus 4:20-21. Kita memilih mengucap syukur, seperti apa yang Yesus lakukan. Lukas 10:21. Menariknya Yesus menyatakan suatu ironi, bahwa pemahaman tentang prinsip Kerajaan Allah nyata dalam hidup mereka yang sederhana (kecil), tapi malahan ditolak oleh mereka yang (merasa) bijak dan pandai.

Kita bisa saja melihat bahasan ucapan syukur ini adalah sesuatu yang dangkal. Tetapi sebenarnya ini adalah sesuatu yang sulit dilakukan, apalagi dalam masa-masa yang menantang. Habakuk 1:2-4. Namun dalam segala situasi kita dapat memilih mengucap syukur. Bukan karena kita mudah puas, namun karena kita sadar bahwa kita memiliki waktu yang terbatas untuk hidup dalam pikiran yang negatif. Filipi 4:6-8.

Kerinduan kita sebagai pengikut Yesus yang sejati adalah melakukan semuanya dalam nama Yesus. Kolose 3:17. Kita bisa memilih untuk hidup dalam keluhan, tetapi apakah itu memuliakan DIA? Saya mengucap syukur, karena nama saya ada dalam Kitab Kehidupan di Surga! Lukas 10:20b.


[1] Y.L. Tarihoran, P.H. Heng, S. Tiatri, “Dukungan Sosial Sebagai Mediator Pengaruh Rasa Syukur Terhadap Kepuasan Hidup Guru Pada Saat Pembelajaran Daring.” Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 5, No. 2, Oktober 2021: hlm 560-568, hal.561.

Leave a comment