Lukas 11:13.
Dalam penjelasan saya mengenai “Doa yang Hidup” (Jeff Minandar)[1] sempat dibahas bahwa doa adalah komunikasi dengan Bapa di Surga. Doa bukan sekadar mantra yang diulang-ulang dalam suatu ritual agar permintaan di doa tersebut didengarkan atau dikabulkan. Bahkan doa sebenarnya tidak hanya berisi permintaan untuk kepentingan diri sendiri.
Kita ingat ada unsur-unsur berikut dalam doa:
- Penyembahan.
- Penyerahan.
- Permohonan (jasmani, rohani, jiwani).
- Pujian & Penyembahan.
Semua itu ada dalam Doa “Bapa Kami” yang diajarkan Yesus kepada murid-muridNYA.
Namun jika doa hanya didefinisikan sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan, bukankah iblis juga dapat berkomunikasi dengan Tuhan dalam kisah Ayub (Ayub 1:7)? Atau ketika Yesus mengusir kuasa roh setan yang begitu banyak menguasai seseorang dari Gerasa (Lukas 8:28-31). Tentu bukan ini “hidup dalam doa” yang kita rindukan.
Jika kita memperhatikan bagaimana Yesus berdoa. IA sering menggunakan kata “Bapa” dalam doa-doaNYA. Kita lihat contoh-contohnya dalam: Doa Bapa Kami (Matius 6:9), Doa di Taman Getsemani (Matius 26:39), Doa di kayu salib (Lukas 23:34), dan banyak catatan lain tentang Yesus menyebut Allah sebagai “Bapa”.
Hal ini sekali lagi mengajarkan dan meyakinkan kita bahwa doa bukanlah ritual formal penuh dengan aturan baku, tetapi suatu komunikasi seorang “anak” kepada “ayahnya” yang berasal dari hati. Hidup dalam doa harusnya didasarkan pada keyakinan bahwa “saya dikasihi Allah” karena itu saya berkomunikasi dengan DIA. Sebab dalam firman Tuhan juga dikatakan bahwa kasih harusnya yang menjadi alasan. 1Yohanes 4:16-19.
Setelah menjadi orang tua, salah satu hal yang saya bayangkan akan meresahkan saya adalah kalau suatu hari anak saya meragukan kasih saya kepadanya. Kalau saya bertanya kepada jemaat berapa banyak yang sekarang meragukan kasih Allah? Saya rasa Anda akan tertantang untuk berkata “tidak ragu” karena mungkin Anda sudah mengenal Kristus cukup lama.
Tetapi bagaimana ketika kita melihat kondisi terkini kita? Usaha, keluarga, pendidikan, kesehatan, kerohanian, dan pelayanan kita. Apakah kita yakin kasih Yesus yang menyediakan tempat bagi kita? Atau masih ada keraguan akan kehidupan sesudah kematian?
Berdoalah bukan karena itu suatu keharusan agamawi, tetapi karena kita tahu IA mengasihi kita. Ingatlah Doa Yesus kepada murid-muridNYA. Yohanes 17:22-24. Yesus yakin Kasih Bapa atas diriNYA. Hal yang sama biarlah jadi keyakinan kita, saat kita berkomunikasi dari hati dalam doa.
[1] Jeff Minandar, “Doa yang Hidup”, https://gpdimahanaim-tegal.org/doa-yang-hidup/

Leave a comment