Filipi 4:7.
Rasul Paulus begitu memperhatikan kondisi hati dan pikiran para pengikut Kristus. Karena sering kali hati dan pikiran mereka terdistraksi oleh kekhawatiran. Ayat 6. Namun demikian ada hal lain juga yang Alkitab nyatakan dapat mengalihkan pandangan kita dari Yesus, yaitu pengajaran yang palsu. Kisah Para Rasul 20:30.
Mengenai distraksi, saya teringat kisah Natal tentang para majus yang melihat Bintang di Timur dan setelah tiba di Yudea menanyakan tentang raja orang Yahudi. Matius 2:1-2. Mereka ingin menyembah Yesus, tetapi ada hal yang mendistraksi mereka.
Setidaknya hal ini menjadi distraksi bagi mereka: Perjalanan yang jauh. Diperkirakan waktu yang dihabiskan oleh para majus sebelum mencapai rumah dimana Yesus tinggal (kurang lebih saat itu IA sudah berusia 2 tahun – Matius 2:11, 16) bisa mencapai 3 bulan perjalanan darat.
Para majus memiliki iman kepada apa yang mereka lihat. Mereka punya pengharapan bahwa Bintang yang mereka lihat akan membawa mereka kepada Yang Mulia, Sang Raja. Mereka hanya tidak tahu siapa dan apa yang bisa Sang Raja itu lakukan.

PENGHARAPAN AKAN KEMULIAAN (Roma 5:2)
“Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.”
Dalam ayat ini iman dikatakan menjadi sarana kita sampai kepada kemuliaan. Bagaimana iman bisa mengantarkan kita pada kemuliaan? Dengan membuat kita berkenan di hadapanNYA. Ibrani 11:6. Berita ini perlu diterima dengan pertobatan yaitu perubahan pikiran (Roma 12:2), karena dari perubahan pikiran akan berdampak pada perubahan perbuatan. Pertobatan membawa kita pada kasih dan damai Sejahtera yang menjadi karakter Allah kita.
Iman terhadap apa? Terhadap kasih karunia yang Yesus lakukan. Ketika Allah mengasihi Abraham, DIA tidak melihat kelemahannya. Menarik bahwa Abraham adalah model suami yang buat saya tidak melindungi istri. Para Majus pun demikian, mereka tidak mengenal Allah Israel, tetapi Allah memberi kasih karunia di Tengah ketidakmengertian mereka. Allah menyertai, menggerakkan, dan membimbing orang yang percaya padaNYA.
Kalau langsung lompat ke Perjanjian Baru, menurut Anda apa yang membenarkan Petrus? Perbuatannya yang menyombongkan diri di depan murid-murid lain? Atau emosinya yang menggerakkan pedangnya kepada Malkhus? Tentu bukan! Tetapi imannya kepada kasih karunia Yesus. Yohanes 21:7.
Bandingkan kontrasnya dengan Yudas Iskariot, yang bukan mengandalkan iman namun pandangannya. 2Korintus 4:18. Karena yang sementara ia kehilangan yang kekal. Namun demikian ada satu hal lagi yang membuat Yudas tidak bisa direstorasi: Kebenaran diri sendiri.
Apa yang kemudian membuat kita percaya kepada sesuatu yang tidak kita bisa lihat ini? Kuasa Roh Kudus. Anda mungkin berkata tetapi bukankah orang percaya karena mendengar atau melihat? Tentu saja, tetapi semua itu ada karena karya Roh Kudus.
Dalam Efesus 1:14 Rasul Paulus menjelaskan bahwa Roh Kudus adalah jaminan bahwa kita akan mendapat keseluruhan dari bagian kita dalam Kristus. Yesus sendiri berkata bahwa Roh Kudus adalah Roh yang menghibur kita, sebelum kita akan bersama dengan Yesus. Yohanes 14:26. Atas hal ini lah kemudian Roma 8:18 menjadi kekuatan bagi kita, dalam situasi apapun yang akan Anda alami sebagai pribadi, Keluarga, Gereja, dan apapun yang Tuhan sudah posisikan Anda.
Saat kita fokus pada Yesus dan kemuliaan yang menyertai kesetiaan kita padaNYA. Kita bisa menjadi surat yang terbuka bagi dunia. 2Korintus 3:2-3. Ini kita lakukan bukan dengan kuat kuasa kita tetapi sekali lagi dengan kuasa Allah.

Leave a comment