Kejadian 4:3-4.
Ini adalah suatu kerinduan dari Five O Youth untuk kembali ke posisi “pada mulanya”. Dimana Allah memperhatikan (dalam TB disebut “mengindahkan” dan dalam TL disebut “berkenan”) akan persembahan yang dibawa Habel bagi Tuhan. Ada kerinduan untuk kembali kepada mezbah, dengan suatu persembahan di atasnya, yang menarik perhatian Allah.
Kalau kita membaca keseluruhan kisah tentang Kain dan Habel dari ayat 1-7 sebenarnya apa yang membedakan kedua persembahan yang mereka bawa? Ada peneliti Alkitab yang mengomentari bahwa persembahan yang dibawa oleh mereka adalah persembahan ucapan syukur bukan persembahan sebagai pengampunan dosa. Itulah mengapa mereka membawa hasil dari apa yang mereka kerjakan.[1]
Namun kita juga melihat pandangan lain yang melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Kain tidak diindahkan Tuhan karena keadaan manusia rohaninya. Jadi bukan karena perbedaan jenis persembahan yang dia bawa dibandingkan Habel, adiknya.[2] Hal ini diperkuat dengan pernyataan penulis Ibrani dalam Ibrani 11:4.
Tentu saja saya tidak dapat menutup mata ada beberapa pandangan yang menyatakan bahwa Allah mengabaikan persembahan Kain karena persembahannya tidak mengandung unsur darah. Sementara ketelanjangan orang tuanya, Adam dan Hawa, ditutup dengan kulit binatang. Secara implisit menggambarkan ada penumpahan darah dalam prosesnya.[3]
Apapun itu, satu hal yang kita rindukan adalah menjadi orang-orang percaya yang tidak sekadar mengikuti tren terkini dalam penyembahan kepada Tuhan. Tetapi benar-benar memahami apa yang Tuhan mau saat ciptaanNYA datang menyembah. Mari kita menyamakan persepsi terlebih dahulu mengenai beberapa hal berikut ini:
- Prioritas kita adalah hal-hal rohani. 2Korintus 4:18. Kondisi jasmani manusia mudah sekali berubah, kalau kita menaruh prioritas pada yang terlihat kita akan mudah menjadi kecewa.
- Allah yang tidak kelihatan adalah pribadi, kita bisa memiliki hubungan yang dalam denganNYA. Efesus 5:32. Kita terhubung dengan Allah seperti pasangan yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian. Sama seperti semua hubungan yang intim, itu harus dijaga dan dikembangkan.
Sekarang kita satu pemahaman bahwa kita ingin memprioritaskan DIA dengan terhubung lebih dalam denganNYA. Tetapi Allah bukanlah manusia yang dipuaskan dengan pemberian-pemberian jasmani. IA tidak tertarik dengan cokelat dari Swiss, atau berlian 5 karat yang kita bisa berikan.
Belajar dari kisah Kain dan Habel, kalau kita memahami pandangan bahwa bukan jenis persembahannya yang menentukan. Maka kita harusnya beralih dari fokus dari hal-hal yang bisa kita berikan, kepada sikap hati kita yang menjadi dasar dari persembahan tersebut. Apakah kita melakukannya dengan terpaksa? Apa yang memotivasi kita melakukannya?
Suatu persembahan kepada Tuhan bentuknya bisa bermacam-macam. Beberapa di antaranya dengan menaikkan penyembahan, berdoa dan mengambil waktu saat teduh bersama Tuhan. Saya pernah menyampaikan hal ini dalam khotbah tentang “Angkat Tangan”.
Hal-hal tersebut adalah sesuatu yang nampak dalam aktivitas kita. Tetapi bukan berarti terbatas pada gedung gereja. Kita juga dapat mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan melalui apa yang kita lakukan di pelayanan, keluarga, pertemanan, pekerjaan dan pendidikan kita. Rasul Paulus pernah menasihati jemaat di Kolose untuk melakukan segala sesuatu dalam nama Tuhan Yesus. Kolose 3:17. Kalau kita ke ayat 14 segala aktivitas kita lakukan dengan dasar kasih. Itu yang membuat sempurna persembahan kita. Hal ini yang saya percaya tidak dimiliki Kain. Sehingga Allah berkata di Kejadian 4:7.
Saya akan menutup dengan ayat yang saya rasa sudah sering dibaca dan didengar. Tetapi mungkin sering kita tidak meresapi bahwa ayat ini menggambarkan tahapan yang diharapkan dalam persembahan hidup. Roma 12:1-2. Mezbahnya adalah tempat, situasi-kondisi, privilege, posisi, status kita. Persembahan hidupnya adalah apa yang dilakukan tubuh kita. Tetapi perhatikan kehendak Allah supaya mezbah dan korban persembahan itu diterima. Itu harus baik, berkenan kepada Allah, dan sempurna.
Jangan berpuas pada melakukan yang baik. Pastikan hal itu berkenan kepada Allah, dengan menjaga motivasi di dalam diri kita. Mata kita tertuju pada kesempurnaan, yang sebenarnya Tuhan sediakan bagi kita. 2Tesalonika 1:11.
[1] J. H. Walton, V. H. Matthews and M. W. Chavalas, The IVP Bible Background Commentary: Old Testament (Downers Grove, IL: IVP Academic), 33.
[2] E. Elmi, G. C. Sambano, E. Somakila & G. G. Kadaang, Persembahan yang Layak di Hadapan Tuhan Ditinjau dari Kejadian 4: 1-16 Perspektif Teori Behavioristik (isf.io: 2019), 4.
[3] Troy Lacey, “Cain and Abel” https://answersingenesis.org/bible-characters/cain-and-abel/. Terakhir diakses pada 17 Februari 2024.

Leave a comment