1Korintus 13:8.
Endless Love atau kasih yang tiada berkesudahan adalah tema yang menarik. Tentu saja ini bukan tentang lagu yang terkenal dibawakan oleh penyanyi dunia seperti Lionel Ritchie, Diana Ross, Luther Vandros, Mariah Carey, bahkan Shania Twain. Ada satu nama yang lebih terkenal dan berkuasa dari semua nama tadi, namanya Tuhan Yesus Kristus. Itulah sebabnya sebagai pembeda saya tuliskan “featuring Jesus Christ”. Nanti jemaat bisa cari definisi “featuring” atau “feature”, dan menemukan bahwa itu bukan sekadar “menampilkan”, tetapi juga “mengutamakan” atau membuat seseorang menjadi yang utama, yang menonjol.[1]
Hari ini kita kita mendengar sebuah lagu bertema Endless Love yang dinyanyikan dan dimainkan oleh rekan-rekan pemuji dan pemuji Mahanaim. Lagu ini dinyanyikan pada awal tahun 90-an oleh satu grup musik Kristen fenomenal di masanya, VOG.[2] Kalau kita sudah jarang mendengar tentang VOG, karena personel-personelnya sekarang sudah memberikan kontribusi mereka kepada musik Kristen Indonesia lewat nama mereka masing-masing.
Lagu ini bercerita tentang perjalanan hidup seseorang yang memiliki masa lalu buruk. Ia kemudian bertemu dengan kasih Yesus, yang menyentuh dan mengubahkannya. Hal ini membuatnya berkomitmen untuk menempatkan Yesus, satu dalam hatinya. Ia berkata kasih Yesus tiada pernah berakhir, an Endless Love. Ia (orang yang diceritakan di lagu ini) mengasihi Yesus sepenuhnya, sebuah totalitas.
Sepanjang tahun ini kita mendengar banyak tentang “totalitas”. Kita diajarkan untuk memberikan keseluruhan perhatian kita pada firman Tuhan dan melakukannya. Demikian juga totalitas kita untuk mengikuti jejak langkah Yesus sebagai “christianos” (Ind.: Kristen).
Kalau kita melihat urutan perjalanan kehidupan orang percaya, seorang Kristen, setelah percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, ia seharusnya bergabung dalam komunitas Gereja Tuhan Yesus Kristus. Gereja, yang juga disebut Tubuh Kristus (Roma 12:5), diharapkan bisa mengasihi (Lukas 10:27), melayani (Roma 12:11), dan memperlengkapi diri (2Korintus 13:11) secara total. Sehingga tujuan akhir yaitu menjadi Gereja Sempurna atau Pengantin Perempuan Kristus (Efesus 5:26-27), dapat tercapai.
Kasih Allah yang ditunjukkan di dalam Yesus Kristus seharusnya dibalas dengan totalitas kita, mengasihi, melayani, dan memperlengkapi diri. Pada masa kita memperingati Natal, kita melihat bahwa kasih Allah yang ditunjukkan pada kita adalah suatu kasih yang total. Seperti tema Natal gereja kita di tahun ini. Mengapa demikian? Karena IA mengasihi manusia, meskipun mereka sering kali tidak membalas kasih itu dengan selayaknya. Hakim-hakim 2:12, Roma 2:4-8.
Ilustrasi sederhananya adalah kisah orang yang membeli di “Kantin Kejujuran.” Ia dipersilakan mengambil barang-barang yang dijual dan memasukkan sejumlah uang di dalam kotak uang sesuai dengan nilai barang yang tertera di label harga. Tetapi karena konsep Kantin Kejujuran adalah tidak ada yang mengawasi, maka orang ini memanfaatkan kesempatan yang diberikan kepadanya dengan negatif. Ia berlaku egois dengan mengambil barang, lalu membayar dengan harga yang jauh lebih rendah. Bahkan yang paling menyedihkan adalah ia tidak membayar sama sekali! Ia tidak membalas apa yang ia terima dengan selayaknya. Menurut jemaat Yesus layak diperlakukan seperti ini?
Saya akan menutup dengan membacakan ayat-ayat yang tertulis di Lukas 7:36-47. Apa yang kita akan lakukan saat menyadari kasihNYA yang tanpa batas? Jemaat bisa memilih memanfaatkan kasih tanpa batas itu dengan melakukan dosa tanpa batas, sesuatu yang sering dilakukan orang egoistis seperti orang di ilustrasi tadi. Atau kita membalas kasihNYA yang tanpa batas dengan komitmen untuk total dalam mengasihi, melayani, dan memperlengkapi diri kita dalam komunitas gereja.
[1] Lihat definisi Cambridge di tautan ini: https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/featuring.
[2] Dengarkan lagunya di tautan ini: https://youtu.be/p1uUZHBwdNs?si=pLj0RrqBmo9bMj3M.

Leave a comment