ALLAH BEKERJA DALAM “KEBETULAN”

1Samuel 6:9.

Apa itu kebetulan? Sesuatu yang tidak disengaja atau tidak diduga sebelumnya akan terjadi, bukan? Jika seseorang tidak tahu bahwa ada departemen pelayanan yang menangani kostum di GPdI Mahanaim Tegal yang mengatur seragam pelayan-pelayan yang ada di mimbar. Lalu orang tersebut datang ke salah satu Ibadah Raya di Mahanaim dan menemukan baju yang dikenakan seragam dengan para pelayan ini. Itu adalah suatu kebetulan, karena hal itu tidak disengaja atau tidak diduga.

Tetapi di dalam Alkitab kita juga menemukan kebetulan-kebetulan yang terjadi di beberapa peristiwa. Salah satunya kisah yang melatarbelakangi ayat di awal tadi. Ini adalah kisah kebingungan orang-orang Filistin dalam menghadapi tulah-tulah yang menimpa mereka sejak dirampasnya Tabut Perjanjian oleh tentara Filistin, setelah mereka mengalahkan tentara Israel. 1Samuel 4-5-6. Mereka akhirnya menyadari bahwa Allah orang Israel yang bekerja melawan mereka.

Demikian juga kalau kita mundur ke belakang kepada masa kepemimpinan hakim-hakim (setelah zaman Musa & Yosua, sebelum zaman raja-raja, suatu peralihan dari masa teokrasi karismatik kepada monarki elektif).[1] Ada kisah mengenai Rut yang bekerja “secara tidak sengaja” di ladang Boas (Rut 2:3). Boas inilah yang akan menjadi suaminya, dan kemudian menjadi salah satu bagian penting dalam silsilah keturunan Daud dan Yesus. Rut 4:17, Matius 1:5-6. Allah bekerja melalui pilihan dan peristiwa yang dialami Rut.

Pemahaman mengenai Allah yang bekerja dalam waktu, ruang, dan benda[2], kemudian menjadi salah satu kunci bagi kita memahami realitas dan lini masa yang kita jalani. Kita percaya segala dimulai dengan Tuhan, dan semua akan kembali kepada Tuhan. Dari kemuliaan kepada kemuliaan.

Tuhan adalah “Yang Mulia” lebih dari segala sesuatu. KemuliaanNYA adalah gambaran keilahianNYA. Itulah mengapa dalam Alkitab “kemuliaan” adalah bagian dari karakter Ilahi. 2Petrus 3:18, Yudas 1:25, Wahyu 1:6. IA adalah “alfa dan omega”, DIA “aleph dan tav”, DIA “a dan z”. Wahyu 1:17.

Kalau kita kembali ke diagram sederhana yang menggambarkan perjalanan kehidupan rohani orang percaya, maka hal-hal yang tadi kita bahas menjadi selaras. Dimulai dari kemuliaan dan akan berakhir dalam kemuliaan. Dalam bahasa Indonesia urutannya seperti ini: Kemuliaan – Dosa – Yesus – Gereja – Kemuliaan (sementara dalam bahasa Inggris: GlorySinJesusChurchGlory).

Apa yang terjadi di antara 2 kemuliaan tersebut adalah perjalanan kehidupan ini. Pilihan-pilihan harus kita ambil dalam perjalanan tersebut. Misalnya pilihan untuk berdosa, untuk menerima Yesus, dan untuk tergabung dalam Gereja. Dalam perjalanan kehidupan pilihan hidup kita akan menentukan kita berakhir dimana. Apakah di kekekalan dalam Surga? 1Tesalonika 4:16-17. Atau di kekekalan dalam neraka? Wahyu 14:11, 20:15.

Saya akan mengakhiri hal ini dengan mengangkat perjalanan kehidupan seorang tokoh Alkitab bernama Yunus. Yunus melakukan hal-hal yang di luar rencana Allah (Yunus 1:1-3), kemudian Allah menemui dia dengan “kebetulan-kebetulan” yang terjadi (ayat 4, 7, 15, 17. Yunus 2:10, 4:6-7). Saat itu terjadi Tuhan tetap memberikan pilihan kepadanya. Misalnya saat Yunus dikejar dengan angin ribut yang menimpa kapalnya, ia bisa saja tetap menolak bahwa itu adalah pekerjaan Allah, dan membiarkan kehancuran pada kapal itu secara fisik. Tetapi kita melihat dalam kisah tersebut Yunus disadarkan bahwa Allah peduli dengan perjalanan kehidupan manusia.


[1] Christian Gossweiler, “Kepemimpinan Karismatik dan Kepemimpinan yang Melembaga Pada Masa Perjanjian Lama dan Dewasa Ini” dalam  https://journal.stt-abdiel.ac.id/JA/article/download/102/75/. Terakhir diakses 26 November 2023.

[2] Li Qu, “Newton, Einstein dan Barth Pada Waktu dan Keabadian”, Jurnal Teologi Skotlandia, Volume 67 Edisi 4 (Oktober 2014): 436-449.

Leave a comment