Kejadian 2:18.
Allah tidak pernah merancangkan manusia untuk hidup sendiri (soliter). Hal ini juga yang saya dan nantinya beberapa rekan staf rindu pelajari bersama, dalam usaha kami berdiskusi tentang kelompok kecil. Bahwa Allah tidak mendesain manusia untuk hidup di luar komunitas.[1]
Tetapi terkadang bahkan sering di masa kini seseorang bangga dengan kemampuan melakukan segala sesuatu sendirian. Sebenarnya harus dimengerti perbedaan antara kesendirian dengan kemandirian. Kemandirian menunjukkan seseorang yang semakin dewasa, sedang kesendirian menunjukkan ketidaknyamanan seseorang dengan lingkungannya, yang bisa membawa kepada perasaan kesepian[2]. Seorang yang sendirian menunjukkan sisi individualistis dirinya, yang tidak mau melihat keberadaannya sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar. Roma 12:5.
Seperti yang disebutkan sebelumnya seseorang yang sendirian bisa merasa kesepian, sesuatu yang berdasarkan survei di masa pandemi (Mei-Juni 2021) dirasakan oleh 98% responden sebuah penelitian di Indonesia.[3] Hal ini mungkin juga adalah sesuatu yang jemaat rasakan yang diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman dalam hidup. Seperti pepatah yang terkenal mengatakan kehidupan ini seperti roda yang berputar. Terkadang ia membawa kita kepada pengalaman di “bawah” maupun pengalaman di “atas”.
Lagu yang kita dengar tadi “Hills and Valleys” (Tauren Wells)[4] menggambarkan pengalaman tersebut dalam perspektif firman Allah. Bahwa ada saat-saat kita seperti di atas gunung, ketika semua nampaknya indah, atau dari posisi atas nampak kecil karena kita berhasil menaklukkannya. Tetapi ingatlah untuk tetap merendahkan hati bahwa tanpa Tuhan itu tidak bisa kita lakukan. Termasuk keberadaan kita sekarang sebagai orang yang diselamatkan. 1Korintus 1:31.
Demikian juga ada saat-saat kita seperti di bawah, di dalam lembah, ketika semua nampaknya tertutup. Suatu pengalaman yang membuat kita tidak bisa melihat jauh. Ingatlah untuk dapat melihat ke atas, kepada Sang Sumber, yang berdaulat, dan tidak pernah meninggalkan kita. Ayub 1:21.
Jangan membangun asumsi kita sendiri. Allah yang kita sembah tidak mengikuti asumsi manusia. Ada suatu kisah yang menarik bagaimana Tuhan menyatakan diriNYA kepada orang Israel dan orang Aram yang memerangi Israel. 1Raja-raja 20:23-28. DIA adalah Allah yang melebihi batasan ruang, waktu, dan wujud, tidak mungkin IA kemudian dibatasi oleh pikiran manusia ciptaanNYA. Penyertaan Allah tidak dibatasi oleh manusianya, tetapi oleh janji yang diberikanNYA. Kejadian 28:15.
Itulah mengapa kita percaya pada janji-janji penyertaan Allah di dalam Alkitab, seperti yang tertulis di ayat-ayat berikut:
- Mazmur 23:4.
- Yeremia 1:19.
- Matius 28:20.
- Yohanes 14:16-17.
Masih banyak lagi janji Allah dalam Alkitab, untuk meyakinkan bahwa kita tidak sendirian. Ada kuasa yang lebih besar dari kemanusiaan kita, yang bekerja untuk kebaikan kita. Baik di atas gunung, maupun di lembah. IA menyatakan diriNYA yang baik bagi semua orang yang mengasihi DIA.
[1] Ed Stetzer & Eric Geiger, Transformational Groups (Nashville, TN: B&H Publishing, 2014), 17.
[2] Putu Satwika Arya Govinda, S.Psi., “Sendiri dan Sepi: Apakah Kesendirian Selalu Menyebabkan Kesepian?” dalam https://pip.unpad.ac.id/postdetail/Sendiri-dan-Sepi-Apakah-Kesendirian-Selalu-Menyebabkan-Kesepian. Terakhir diakses 7 Oktober 2023.
[3] Nabilla Tashandra, ed., “Survei: Mayoritas Masyarakat Indonesia Alami Rasa Kesepian” dalam https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/16/082404320/survei-mayoritas-masyarakat-indonesia-alami-rasa-kesepian?page=all. Terakhir diakses 7 Oktober 2023.
[4] Dengarkan lagunya di tautan ini: https://youtu.be/p4rRCjrAyCs?si=Vbl9GKhG4K9XPY3H. Lihat lirik dan terjemahannya di tautan ini: https://jeffminandar.com/wp-content/uploads/2023/10/hills-and-valleys-by-tauren-wells.pdf.

Leave a comment