MATEMATIKA ILAHI

Mazmur 90:12.

Sepanjang saya menempuh pendidikan formal bahkan sampai dengan sekarang, saya tidak pernah melihat diri saya sebagai seseorang yang memiliki kemampuan matematis yang mumpuni. Sehingga saya tidak pernah berpikir bahwa saya adalah orang yang cerdas. Tetapi setelah dewasa, saya mempelajari konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligences) yang dikembangkan oleh seorang ahli pendidikan dan psikologi bernama Horward Gardner.[1] Dengan pemahaman ini, setidaknya saya mengerti bahwa kecerdasan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan logika-matematik, linguistik, dan spasial, seperti yang diukur dalam tes IQ (Intelligence/Intellectual Quotient).

Saya tidak dapat menjelaskannya satu per satu tetapi saya akan menyebutkan 8 (delapan) kecerdasan[2] yang masuk dalam kriteria kecerdasan majemuk. Meskipun Horward Gardner terakhir menambahkan 1 (satu) lagi kecerdasan[3] yang tidak akan saya sebutkan di sini. Namun  kalau Anda tertarik mempelajarinya silakan melihat referensi yang saya berikan di catatan kaki. Kecerdasan majemuk adalah:

  1. Linguistic Intelligence (cerdas dalam mengolah kata).
  2. Logical-Mathematical Intelligence (cerdas dalam bilangan dan penalaran).
  3. Spatial Intelligence (cerdas dalam gambar).
  4. Bodily-Kinesthetic Intelligence (cerdas dalam mengolah tubuh).
  5. Musical Intelligence (cerdas dalam bermusik).
  6. Interpersonal Intelligence (cerdas dalam hubungan dengan orang-orang).
  7. Intrapersonal Intelligence (cerdas untuk mengolah ke dalam diri).
  8. Naturalist intelligence (cerdas dalam hubungan dengan alam).

Menariknya kalau Anda melihat Perumpamaan Yesus di Matius 25:14-30 tentang talenta. Kalau Anda jumlahkan total ada 8 talenta yang diberikan tuan itu kepada hamba-hambanya. Jika kita analogikan 1 talenta adalah 1 kecerdasan. Maka kita bisa lihat, ini adalah gambaran realita kita dalam pelayanan.

Ada yang memiliki banyak, ada yang memiliki sedikit, tetapi Tuhan memberi sesuai “kesanggupannya”. Ayat 15. Masalahnya apakah kita mau berhenti mengasihani diri sendiri dengan membanding-bandingkan, dan menyalahkan Tuhan karena kita tidak mendapat sebanyak yang lain? Ayat 24. Semoga itu tidak terjadi dengan kita.

Meskipun kita hanya dipercayakan 1 talenta, pastikan bahwa kita bisa menghadap Tuhan dan mempertanggungjawabkannya dengan menghasilkan buah/keuntungan bagi Kerajaan Allah, yaitu dengan suatu multiplikasi. Ayat 20, 22. Apakah itu bentuknya pemenangan jiwa atau memaksimalkan diri dalam melatih dan mendelegasikan, sehingga ada orang-orang yang punya kapasitas sama baik bahkan lebih baik dari diri kita. Ini matematika Ilahi yang pertama, Allah memberi, tetapi IA juga memperhitungkan apa yang dapat kita hasilkan dari pemberian itu.

Sekarang kita kembali ke ayat awal yang kita sudah baca. Menghitung hari-hari di sini memiliki makna mengevaluasi diri, memahami hari-hari yang sudah berlalu, dan mempersiapkan untuk hari-hari yang akan datang. Kita juga harus mampu menghitung apa yang sudah kita terima dan apa yang belum kita beri. Karena hidup adalah tentang menerima dan memberi, bukan?

Mengenai perhitungan kita tentu ingat dengan kisah di dalam Matius 18:23 dan seterusnya. Pada ayat tersebut kita membaca tentang suatu perhitungan yang dibuat oleh seorang raja (tuan) dengan hamba-hambanya. Ini juga adalah matematika, karena sejak 500 SM memang matematika dipahami sebagai ilmu menghitung dengan bilangan-bilangan.[4] Jika kita membaca lebih jauh ayat-ayat selanjutnya, kita dapat menemukan bahwa ada salah satu hamba yang berutang begitu besar.

Begitu besar utang hamba ini, konsekuensi yang diterimanya begitu besar. Ia harus kehilangan hidupnya, karena akan dijual sebagai budak, ia dan seluruh keluarganya. Menyadari kondisinya, hamba ini sujud menyembah, memohon belas kasihan, dan mengeluarkan pernyataan janji. Matius 18:26.

Secara perhitungan untung-rugi, tentu saja tuan ini merugi besar karena kehilangan potensi finansial yang besar. Sepuluh ribu talenta bernilai 60 juta dinar! Jika 1 dinar yang serupa tarif upah pekerja dalam sehari, dikonversikan menjadi 50 ribu rupiah saja, nilainya sudah 3 triliun rupiah!

Tetapi karena belas kasihan sang raja, utang sebesar itu dibebaskan dari hamba tersebut. Ayat 27. Namun disinilah matematika Ilahi itu dianggap remeh. Ketika hamba ini keluar dan menemui rekannya yang pernah berutang 100 dinar kepadanya. Ia memakai “matematika dirinya sendiri”, seolah-olah ia berkata, “Saya tidak rela kehilangan 5 juta rupiah! Masalah 3 trilyun tidak usah dipikir lagi itu sudah selesai!” Ayat 28-30.

Hamba yang diampuni sang raja tersebut dengan segera melupakan kerugian tuannya, dan fokus pada kerugian dirinya sendiri. Kita menganggap ini orang yang kurang ajar kepada sang raja. Tetapi bukankah ini gambaran kita? Kita bisa jadi mengulangi respons Daud ketika mendengar kisah “rekaan” dari Nabi Natan. 2Samuel 12:5-9. Apakah kita menghina Tuhan dengan melupakan belas kasihannya, dan menuntut balas atas kesalahan orang terhadap kita?

Dari Matematika Ilahi ini kita setidaknya belajar:

  • Talenta adalah satuan berat (senilai 34 kg). Jadi talenta yang kita miliki sebenarnya beban yang harus kita pertanggungjawabkan. 2Korintus 5:10.
  • Pada sisi lain ada beban lain yang kita miliki yaitu utang dosa, yang kita buat hari demi hari. Roma 7:22-23.
  • Kebaikan Tuhan bisa berubah jadi penghukuman, kalau kita menganggap diri kita tuan untuk sesama kita. Lukas 22:26.
  • Utang kita tidak bisa dibayar, betapa pun kita berusaha. Demikian juga kita tidak dapat membalas Kasih Allah bagi kita. Roma 9:15-16, 1Korintus 6:20.

Syukur kita memiliki Allah yang setia, bahkan saat kita tidak setia. 2Timotius 2:13. Tetapi apakah kita mau terus hidup seperti ini di hadapanNYA? Jangan keraskan hatimu (Ibrani 3:15). Pandang DIA yang setia, dan ambil Tindakan untuk membalas kesetiaanNYA dalam hidupmu.


[1] “Hakikat Teori Multiple Itelligences dalam Pembelajaran (Howard Gardner),”  https://pgsd.binus.ac.id/2021/12/07/1372/. Terakhir diakses 23 September 2023.

[2] “Howard Gardner’s Theory Of Multiple Intelligences,” https://www.simplypsychology.org/multiple-intelligences.html. Terakhir diakses 23 September 2023.  

[3] “The 9 Intelligences of MI Theory,”  https://web.cortland.edu/andersmd/learning/mi%20table.htm. Terakhir diakses 23 September 2023.

[4] “Matematika Masih Dipandang Sebagai Ilmu Berhitung,” https://fmipa.uny.ac.id/id/berita/matematika-masih-dipandang-sebagai-ilmu-berhitung. Terakhir diakses 23 September 2023.

Leave a comment