Mengasihi Tuhan, mengasihi sesama.

“Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.” Yohanes 17:26.

“Orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.” 1Korintus 8:3.

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Matius 22:37-40. 

It’s all about love dan saya percaya itu selalu menjadi ketertarikan terbesar kita. Apapun yang jadi alasan:  kerja, keluarga, uang, orang, semua kita hidup karena kasih. Disadari atau tidak kasih menghasilkan dampak besar dalam segala sisi kehidupan kita, termasuk hal-hal yang tadi disebutkan.

Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan / mengekspresikan kasih / cinta. Kita bisa sepakat bahwa kasih / cinta yang sebenarnya, yang sejati adalah Allah, adalah Yesus. Karena Allah adalah kasih. 1Yohanes 4:8. Betapa dunia dan media yang dunia pakai sudah mengajari hal-hal yang salah tentang cinta / kasih. Ini berdampak pada pemahaman yang salah mengenai “mengasihi Allah.”

Ada banyak kesalahan, atau kalau boleh saya katakan kesesatan yang diajarkan media dunia tentang cinta / kasih. Tetapi setidaknya saya mau angkat salah satu misguided, misinterpretation of love. Ini dia: “Cinta itu harus ada alasannya”. Apakah karena kekayaan, kekuasaan, ketampanan, kecantikan, keunikan?

“Kalau dia tidak bawa ini atau itu, kalau dia nggak punya ini atau itu, kalau dia tidak setampan atau secantik ini dan itu.”

Mengertikah Anda tentang pernyataan ini, love is not about what you will get, but what you will give. Maksud saya mengatakan ini dalam konsep cinta secara universal. Bukan hanya romansa saja.

Ketika seseorang anak lahir di sebuah keluarga, orang tua tidak berpikir apa yang akan saya dapatkan dari anak ini, mereka berpikir apa yang akan saya beri untuk anak ini. That’s love.

Demikian juga seorang anak kepada orangtua, bukan apa yang orangtuaku dapat berikan kepadaku, tapi apa yang bisa aku berikan kepada orangtuaku. Kemudian ketika anak itu tumbuh dewasa dan mulai bergaul dengan anak-anak lain sebaya dengan dia dan menemukan sahabat, dia tidak berpikir apa yang akan aku dapatkan dari bersahabat dengan dia, tetapi bagaimana bisa saling memberi, menjadi tempat curhat dan saling mengingatkan. Kalau sahabatmu hanya mau meminta, dia tidak layak jadi sahabatmu. Ingat pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Bahkan kadang sahabat bisa lebih dekat dari saudara kandung. That’s love.

Ini yang pasti Anda suka, ketika anak yang tadi kita ceritakan bertambah dewasa, matang, dan dalam usia produktif. Dan dia mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Kalau dia belum tercemar, masih murni pemahaman cintanya, mak dia tidak berpikir untuk mendapatkan motor, mobil, muka, badan yang terbaik. Ingat selalu ada langit diatas langit, kalau Anda berpasangan berdasarkan apa yang Anda dapat, maka hubungan Anda adalah hubungan yang tidak sehat. Ketika si dia berhubungan dengan pasangannya, dia melihat apa yang BISA AKU BERI kepada pasanganku. That’s love. Siapa yang disini pengertian cintanya masih murni?

Masih belom yakin kalau cinta tidak meminta alasan? Coba baca ini Ulangan 10:14-15, 7:6-8. Allah mengasihi Israel bukan karena hal khusus yang mereka miliki. Malahan sebaliknya mereka menjadi spesial karena Tuhan memilih mereka.

So, God introduce us with this kind language of love. GIVE not GET. Get is only a bonus! Amen.

Ada satu kisah dalam Hosea 1:1-3:5 mengenai bahasa cinta yang tanpa alasan.

Masalah yang sekarang dihadapi adalah banyak terjadi mis-komunikasi, mis-interpretasi, dan mis-understanding dalam mengungkapkan bahasa cinta. Untuk lebih jelasnya saya ambil contoh kasus saja:

  1. Kejadian 16:1-16. Sarai meletakkan ego-nya diatas cintanya, sehingga terjadi komunikasi yang salah. Dua hal yang kita bisa pelajari dari kisah ini. Pertama, sabar, cinta jangan buru-buru. Kedua, jangan pernah berusaha membuktikan apapun hanya untuk memuaskan egomu. Aku bisa, aku lebih, aku punya semua solusi. Itu adalah ungkapan yang berbahaya dalam semua jenis hubungan.
  2. Kisah Para Rasul 5:1-11. Engkau tidak mengasihi untuk ketidakbenaran. Engkau mengasihi dengan mengingatkan kebenaran.

Jika sekarang Anda mengerti bahwa Allah begitu mengasihi Anda dan Kasih Allah berdampak luar biasa bagi Anda. Pertanyaan yang menyertai itu adalah: Bagaimana caranya memakai Kasih Allah yang saya rasakan sebagai bahan bakar untuk menjangkau lebih banyak jiwa dengan kabar baik, untuk memberi dampak bagi jiwa-jiwa di luar sana?

Dengan memahami misi Yesus kepada murid-muridNYA. Yohanes 17:17-21. Kita diutus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Yesus sudah lakukan, termasuk memberitakan tentang DIA. Ayat 20. Apakah dengan demikian kita meninggalkan pekerjaan kita? Saya melihat Yohana di Lukas 8:3, perwira Romawi di Matius 8:8, bahkan Nikodemus di Yohanes 19:39 tetap dalam pekerjaan mereka (selama itu tidak menciderai nilai-nilai kebenaran.

Melanjutkan pelayanan “Yerusalem” diatas, bagaimana dengan “Yudea”, “Samaria” dan “Ujung-ujung bumi”. Kisah Para Rasul 1:8. Satu yang ingin saya garis bawahi bahwa semua itu berjalan paralel. “Saya ingin fokus pada pertobatan keluarga!” Itu bukan berarti kita tidak mau tahu mengenai pelayanan kepada yang lain.

Mari belajar dari 2Raja-raja 5:1-4.

Menjadi dampak dalam kehidupan orang lain dimulai dengan kepedulian. Ini bukan sesuatu yang rumit, untuk menjadi dampak tidak  butuh keahlian khusus, tetapi Anda butuh Roh Kudus.

GodblesS

JEFF

SESI 2: “SPIRITUAL FAMILY”

Keluarga adalah suatu organisasi yang penting bagi seorang individu. Keluarga menjadi sumber bertahan hidup, menjadi pusat pembelajaran, dan tempat pertama setiap individu merasakan kasih sayang.

Begitu krusialnya Keluarga, kita bisa lihat bahwa iblis menyerang titik krusial ini untuk bisa mencuri, membunuh dan membinasakan.

Seperti yang saya katakan di sesi sebelumnya, salah satu contoh adalah saat iblis berusaha menghancurkan konsep “Bapa” dengan bapa-bapa dunia yang tidak bertanggung jawab, kasar, jahat, dan lain sebagainya. Sehingga kita kesulitan untuk bisa melihat Allah sebagai Bapa yang baik.

Kita tidak pernah sendiri karena sebenarnya Keluarga itu selalu ada, apakah Keluarga berdasarkan hubungan darah, atau “keluarga” yang berdasarkan kedekatan lainnya. Ada satu contoh di Alkitab tentang Daud, yang malahan tidak dekat dengan Keluarga sedarahnya. Ayahnya menganggap dia anak yang tidak penting (1Samuel 16:11) sementara kakak-kakaknya menganggap dia ‘kepo’ dan ‘pencari sensasi’ (1Samuel 17:28). Namun demikian dia punya sahabat yang bahkan lebih dekat dari ayah dan kakak-kakaknya. 1Samuel 18:1, 3; 1Samuel 20:42; 2Samuel 1:26.

Menariknya Allah selalu bekerja melalui suatu persekutuan, ini tidak aneh, karena Allah sendiri adalah suatu persekutuan antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus, kita kenal ini sebagai trinitas.

Persekutuan bagi manusia, kita kenal sebagai komunitas, dan komunitas pertama yang dibentuk di dunia adalah Keluarga. Kejadian 2:24.

Bahkan Allah terus bekerja lewat Keluarga di sepanjang kisah Alkitab.

  • Kejadian 6:17-18. Allah memakai Nuh, istri, anak-anak, dan menantu-menantunya, untuk membangun suatu proyek yang bisa menyelamatkan dunia dari kepunahan. Sayangnya manusia-manusia yang hidup di jaman itu begitu jahatnya, mereka tidak ada yang mendengar dan bertobat.
  • Kejadian 12:7. Abraham, sebelumnya bernama Abram, hidup di tengah penyembah berhala. Namun kemudian Allah memanggil dia secara khusus untuk membangun suatu bangsa pilihan yang seharusnya jadi teladan bagi bangsa-bangsa lain, supaya semua bangsa mengenal Allah yang benar. Sayangnya Israel melepaskan kesempatan ini, namun Allah tidak berhenti dan membangun suatu bangsa baru dengan tugas yang sama.
  • 2Samuel 7:16. Allah memilih Daud, seorang yang berkenan di hatiNYA, untuk memimpin bangsa pilihan Allah. Keturunan Daud tidak pernah terputus dari tahta Israel (meskipun nanti terpecah menjadi 2 kerajaan) sampai pada waktu seluruh keturunan Israel diserakkan ke bangsa-bangsa yang tak mengenal Allah. Tetapi Allah membangkitkan keturunan Daud yang menjadi Raja diatas segala raja, Yesus.
  • Keluarga Illahi, Gereja. Efesus 2:19; 1Yohanes 2:13-14. Ini adalah komunitas terakhir dalam rancangan Allah yang besar terhadap dunia, dan manusia yang menjadi penatalayannya. Karena dari Keluarga inilah, Allah akan menyempurnakan rencananya. Gereja adalah Jemaat Allah, dibangun oleh Yesus sendiri, dan ‘alam maut tidak akan berkuasa atasnya’. Matius 16:18.

 

Mengapa kita harus memiliki komunitas?

  1. Pengkhotbah 4:12; 1Korintus 14:15-17. Untuk referensi ayat terakhir terkandung makna, dalam persekutuan bersama kita dibangun oleh pengucapan syukur orang lain.
  2. Care, encouragement, exhortation. Ibrani 10:24-25.

GodblesS

JEFF

SESI 1: “YOU ARE AWESOME”

Tahukah Anda kalau Anda luar biasa dan spesial? Bagaimana tidak, Anda adalah custom design dari Allah tidak ada seorang pun di dunia ini yang identik dengan Anda! Namun sekarang kita kan selalu ingin menjadi sama seperti orang lain, terutama para selebriti. Menariknya ada suatu kecenderungan ekstrim yang terjadi bahwa semakin seseorang merasa tidak spesial atau sebaliknya semakin seseorang merasa sangat spesial, maka mereka akan semakin merasa sendirian.

Semakin kita merasa sendirian, maka fokusnya akan terus menerus kepada diri sendiri. Padahal kita ini tidak sendirian!

“You are not alone” menjadi pilihan panitia retreat tahun ini, dan saya rasa ini adalah tema yang baik. Saya berharap, saya bisa menyajikan kepada Anda penegasan-penegasan dari Firman Tuhan bahwa Anda tidak sendirian. Maksud dari “Anda tidak sendirian” bisa mengandung 2 makna:

  • Anda tidak sedang menghadapi dunia, atau sedang bertanding dalam dunia ini sendirian.
  • Anda tidak sedang hidup bagi dirimu sendiri, karena ada banyak orang di sekitar kita yang bisa kita beri dampak.

Galatia 6:2 menuliskan bahwa seharusnya kita saling bertolong-tolongan (bukan hidup hanya untuk diri kita sendiri) dan dengan demikian kita memenuhi Hukum Kristus. Jadi seberapapun “introvert” dirimu, ada titik dimana Anda harus bertolong-tolongan. Karena kalau tidak, Anda tidak dipandang memenuhi Hukum Kristus, yaitu Hukum Kasih.

Tetapi di sesi 1 ini saya ingin memulai dari diri Anda masing-masing terlebih dahulu. Sebab ada ungkapansebelum menolong orang, tolonglah dirimu sendiri”. Bahkan di kalangan orang Yahudi ungkapan ini disebutkan Yesus di Lukas 4:23.

Namun demikian bukan berarti Anda harus sempurna terlebih dahulu di dalam kemudian baru boleh melayani, lagipula tidak ada seorangpun yang sempurna, bukan?

Saya lebih melihat ungkapan ini berarti bahwa fokus dan prioritas kita memang di dalam, tetapi jika ada kesempatan untuk melayani di luar lingkup kita, maka lakukan itu. Ingat saja lingkup pelayanan yang diberikan Yesus kepada setiap orang percaya di Kisah Para Rasul 1:8.

Namun demikian ada 3 hal yang iblis lakukan dalam hidup kita dengan tujuan untuk menyerang identitas kita dalam Kristus:

  1. Rasa minder.

Rendah diri itu tidak sama dengan rendah hati. Dalam Matius 11:29 Yesus sendiri menunjukkan teladan perilakuNYA adalah berasal dari rendah hati, bukan rendah diri. Rendah diri adalah cara pandang yang mengecilkan potensi diri sehingga berdampak pada perilaku yang tidak produktif (kontra-produktif). Matius 25:18, 24-25. Bahkan saya berani berkata berdasarkan Firman Tuhan bahwa rasa minder adalah kejahatan! Matius 25:26. Tetapi tetap kita harus waspada karena orang yang minder, namun kemudian menjadi “over-confident” bisa menghasilkan tingkah laku dan keputusan yang salah. Lihat 1Samuel 9:21 kemudian 1Samuel 13:11-13.

 

  1. Rasa takut.

Rasa takut ini menurut Ps.Joseph Prince adalah sesuatu yang berakar dalam roh. Saya punya catatan khusus mengenai hal ini di jeffminandar.com. Ini ayat untuk menguatkan Anda: Roma 8:15.

 

  1. Tidak puas diri.

Ini sebenarnya berasal dari kekuatiran, sedangkan kekuatiran itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu yang tidak nyata. Sebaliknya, daripada kuatir lebih baik mencari 1001 alasan untuk bersyukur. Filipi 4:6.

Dengan pemahaman seperti ini kita tahu bahwa fokus kita bukan lagi diri sendiri tetapi juga orang lain. Ps.Francis Chan pernah berkata bahwa kita hidup di dalam dunia yang begitu memuja diri sendiri. Hal ini semakin membudaya ketika itu dibagikan secara masif di media sosial. Konsep diri bukan lagi tentang apa yang unik dari diriku dan bagaimana diriku berfungsi untuk kepentingan bersama. Tetapi sekarang orang-orang berlomba-lomba untuk menjadi orang lain dan memenuhi ego diri sendiri.

GodblesS

JEFF