Come! Become a Christian and I’ll marry you!
Ini adalah kalimat yang begitu provokatif. Tapi pemikiran dibawah ini yang sebenarnya ingin saya sampaikan mengenai mengapa kalimat itu begitu menarik bagi saya.
Hidup ini adalah hidup yang dipenuhi dengan cinta. Tanpa cinta, tidak akan ada eksistensi. Sekarang kalau kita melihat ke sekeliling kita semuanya berbicara tentang cinta. Dari bidang seni yang mengagungkan dan mendokumentasikan karya-karya bernafaskan cinta, sampai bidang pemerintahan yang kental dengan cinta akan kekuasaan. Segala bentuk cinta kita dapatkan dengan mudah di sekeliling kita.
Tidak banyak yang menyadari mengapa dunia ini begitu dipenuhi oleh cinta. Karena dunia ini diciptakan oleh Cinta. CInta itu yang kemudian kita sebut sebagai Tuhan, Allah. Bahkan salah satu literatur dengan tegas menyatakan bahwa TUHAN ADALAH CINTA. Semua manusia rindu mengenal, memahami dan berhubungan dengan Tuhan. Setidaknya mereka menyadari ada kuasa yang lebih besar dari dirinya.
Namun dengan berjalannya waktu pemahaman akan Tuhan, bergeser, menyimpang, dan bersamaan dengan itu, pemahaman orang akan Cinta pun ikut berubah.
Cinta itu sabar; Cinta itu murah hati; Cinta tidak cemburu. Cinta tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Cinta tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Cinta tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Cinta tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Cinta menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Pemahaman seperti paragraf di atas telah bergeser, menyimpang. Bukannya menunggu, sekarang Cinta mendesak. Bukannya memberi, sekarang cinta meminta. Bukannya memahami, sekarang cinta membanding-banding dan posesif. Bukannya melembutkan hati dan menganggap yang lain lebih dari dirinya, sekarang cinta merasa kokoh dan berdiri dengan angkuhnya.
Apakah Anda mulai mengerti sampai disini?
Ketika seseorang merasa bahwa seseorang harus menjadi, mendapat, memiliki, Cinta. Mereka mengabaikan nilai-nilai Cinta yang sejati, kesabaran, kemurahan, pengertian, kerendah-hatian. Seperti ungkapan yang saya tuliskan di paling atas. Mari! Jadilah Kristen maka aku akan menikahi engkau! Bukankah dengan itu kita merendahkan Tuhan, dan Cinta. Namun seringkali ini yang menjadi kenyataan. Seseorang ‘menjual’ Tuhannya demi pengertian “Cinta” yang menyimpang. Atau bahkan menjual Cinta-nya dengan mengatasnamakan Tuhan.
Love God, Love People.
GodblesS
JEFF