Lebih dari Pemenang

Roma 8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

Tanggal 11 September adalah tanggal yang membangkitkan kenangan beragam bagi banyak orang dan jika ada Jemaat Tuhan yang suka mengikuti berita dunia, Anda pasti pernah mendengar/membaca tentang ini. Mari saya segarkan ingatan Anda tentang apa yang terjadi di tanggal ini. Khususnya juga untuk rekan-rekan muda yang baru berusia balita di masa kejadian yang memengaruhi kondisi global ini.

Secara singkat di tanggal ini pada tahun 2001, ada 4 (empat) penerbangan di wilayah udara Amerika Serikat yang dibajak teroris. Dua pesawat ditabrakkan ke menara kembar WTC (World Trade Center) di New York, satu pesawat ke gedung Pentagon (markas besar tentara Amerika Serikat), dan satu pesawat lain jatuh sebelum mencapai sasaran teroris, yaitu Gedung Putih (istana kepresidenan Amerika Serikat). Namun demikian ada fakta lain yang terungkap bahwa salah satu “otak” serangan ini berpendapat bahwa Gedung Putih adalah sasaran yang sulit, dan lebih memilih untuk menyerang Capitol Building (gedung dewan  dan senat Amerika Serikat).

Untuk pesawat yang terakhir, ada kisah heroik yang menyertainya. Para penumpang pesawat tersebut bersepakat untuk melawan teroris yang membajak pesawat. Mereka berhasil menggagalkan rencana teroris untuk menabrakkan pesawat itu ke Gedung Putih, atau alternatif lain Capitol Building. Namun untuk itu pesawat dan semua orang di dalamnya jatuh di sebuah lapangan, sekitar 20 menit waktu penerbangan dari Washington D.C.

Menurut Jemaat Tuhan siapa yang menang dalam tragedi ini? Bagi organisasi teroris yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan teroris ini, kematian, rasa takut, dan amarah dari orang-orang Amerika Serikat adalah bukti kemenangan mereka, meskipun semua pelaksana serangan teroris ini mati dalam satu hari, mereka memang sudah merancangkan ini. Bagi penumpang pesawat dan kru pesawat yang berhasil menggagalkan serangan teroris, mereka menang atas rencana jahat terorisme, meskipun akhirnya nyawa mereka yang menjadi korban.

Bukankah tragedi serangan 11 September kemudian menjadi ironi? Ada pihak yang menyebut kesengsaraan dan kesedihan orang lain adalah kemenangan. Demikian juga ada pihak yang berhasil menggagalkan rencana jahat orang lain meski nyawanya direnggut, ini pun disebut kemenangan.

Kemenangan yang sejati adalah ketika seseorang berhasil mengalahkan yang paling terakhir, yang paling sulit, yang tidak terbandingkan dengan musuh lain. Musuh terakhir itu adalah maut. 1Korintus 15:25-26.  Seperti dicatat dalam kisah penerbangan pesawat yang terakhir jatuh, ada seorang pramugari yang terekam suaranya berteriak kepada para teroris, dengan memohon, “Aku tidak mau mati, aku tidak mau mati, aku tidak mau mati!” Kita semua, Jemaat Tuhan, pada akhirnya harus bisa mengalahkan musuh terakhir ini. Ini tidak dapat dikalahkan dengan niat, harta, takhta, atau apapun yang bisa Anda miliki.

Hanya satu orang pribadi saja yang mampu mengatasi maut, Yesus! Hal yang sulit bagi semua manusia di muka bumi telah diselesaikan oleh DIA. Yesus bangkit dan tidak mati lagi! Roma 6:9. Ini yang kemudian menjadi bagian kita orang-orang percaya. Bahwa maut tidak lagi berkuasa atas hidup kita! Kematian bukan lagi jembatan kepada maut dan kebinasaan kekal. Namun kematian adalah jembatan kepada Kristus dan kehidupan kekal! Roma 8:1-2.

Pemahaman ini harusnya jadi fondasi yang tidak tergoyahkan bagi iman kita. Seperti George W. Bush, presiden Amerika Serikat saat itu berkata, “Serangan teroris bisa mengguncangkan fondasi dari gedung-gedung terbesar milik kita, tetapi mereka tidak bisa mengguncangkan fondasi dari Amerika.” Seharusnya kita pun demikian bisa tetap berdiri tidak terguncangkan. Mazmur 73:26.

Serangan 11 September mengakibatkan korban ribuan nyawa hilang. Setelah didata semua korban secara keseluruhan berasal dari 93 negara di dunia. Bahkan beberapa drama dan film dari banyak negara ada yang mengambil tragedi 11 September ini sebagai bagian dari kisahnya. Plot twist yang bermain di kepala saya, ada beberapa dari mereka yang mungkin baru saja memenangkan sesuatu, tetapi mereka tidak tahu ada satu musuh yang menanti mereka. Namun saya juga percaya bahwa ada orang-orang percaya yang menjadi korban, tubuh mereka mati, tetapi sama seperti Yesus mereka akan mengalahkan maut, dengan bangkit kembali saat Yesus datang kali kedua. 1Tesalonika 4:16.

Ini adalah hal yang khas pada kekristenan, kita memiliki Allah yang begitu mengasihi kita, IA memberikan kemenangan pada kita atas musuh terbesar yang tidak dapat dikalahkan oleh manusia, kematian yang membawa pada maut. Kejadian 5:5. Dengan meniadakan penghukuman ini, Yesus mengaruniakan kita suatu anugerah yang begitu besar, bahkan tanpa kita mengusahakannya. Inilah yang disebut lebih dari pemenang! Sekarang kita bisa memahami perspektif Daud dalam Mazmur 20:7-9, bahwa Tuhan lah yang memberi kemenangan, Jadi bukan hal-hal lain yang kita megahkan, namun karena kita memiliki urapan Allah dan bagian dalam keselamatan, itulah kemegahan kita. Lukas 10:19-20.

MATERI “PELAYANAN PRAKTIKAL DAN KEPEMIMPINAN KRISTEN” SAB 67

Untuk rekan-rekan Kelas 1 Anda bisa download file dokumen berikut untuk handout kelas. Cek sekarang berkala halaman ini, karena akan ada penambahan materi secara bertahap. Untuk permintaan, komentar, dan saran silakan email ke: contact@jeffminandar.com.

ROH KUDUS

Wahyu 22:17

Kehidupan kekristenan berpusat pada Tuhan Yesus Kristus. Itulah mengapa kemudian orang-orang percaya atau murid-murid Yesus disebut Kristen. Kisah Para Rasul 11:26. Iya, saya dan semua jemaat Tuhan yang terkasih adalah murid Yesus. Ingat permintaan Yesus kepada “keduabelas muridNYA” (yang kemudian disebut rasul-rasul Yesus Kristus) adalah untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus. Matius 28:19-20.

Tujuan akhir dari kehidupan seorang Kristen adalah supaya dimanapun Tuhan Yesus berada kita juga berada bersama-sama dengan DIA. Yohanes 17:24. Ini yang kemudian dalam Perjanjian Baru disebut perkawinan Kristus dan Gereja (kumpulan orang-orang Kristen). Ini bukan perkawinan jasmani. Markus 12:25. Tetapi perkawinan rohani, Tuhan Yesus Kristus (Anak Domba Allah) adalah mempelai laki-laki. Gereja Tuhan (yang sempurna) adalah mempelai perempuan atau pengantinNYA. Wahyu 19:7.

Kalau di dalam dongeng selalu diucapkan “…dan mereka kemudian hidup bahagia bersama selama-lamanya,” hal ini akan menjadi kenyataan di Akhir Zaman. Ini bukan dongeng, ini benar-benar akan terjadi. Semua orang Kristen yang menjadi bagian dari Gereja Sempurna akan diam dalam kekekalan bersama Yesus. Wahyu 22:3-5.

Semua orang Kristen harus mengerti bahwa iman kita berdasarkan semua peristiwa yang terjadi pada Yesus saat IA ada di muka bumi, sama seperti yang dituliskan oleh Paulus di 2Timotius 2:8. Perhatikanlah hari-hari perayaan Kristiani kita: Natal – Paskah (kematian & kebangkitanNYA) – Kenaikan. Kita percaya:

  • Sebab DIA datang (Natal),
  • Sebab DIA serahkan nyawa (Paskah – kematianNYA),
  • Sebab DIA hidup (Paskah – kebangkitanNYA),
  • Sebab DIA kembali ke Surga (kenaikanNYA),

maka kita memiliki jaminan kekekalan setelah hidup yang sementara di bumi ini. Yohanes 3:16.

Demikian juga kita belajar dalam Alkitab apa yang terjadi sebelum Tuhan Yesus Kristus hadir di muka bumi. Tercatat dalam Perjanjian Lama tentang Taurat. Taurat adalah dari Tuhan yang digambarkan Paulus sebagai penolong yang menuntun (Galatia 3:24) dan mengawasi (Galatia 4:2). Namun waktuNYA Allah tiba ketika IA mengutus anakNYA yang datang di bawah hukum Taurat (ayat 4), menebus mereka yang ada di bawah hukum Taurat (ayat 5).

Kehadiran Yesus membawa Kasih Karunia bagi seluruh umat manusia, menggenapi Taurat. Itulah mengapa kita disebut di luar kasih karunia Yesus jika kita masih berpegang pada “penolong yang lama” yaitu hukum Taurat. Galatia 5:4. Setelah Tuhan Yesus naik ke Surga, dikatakan di dalam Injil bahwa IA akan mengirimkan “penolong yang lain” (Yohanes 14:16), yang akan memimpin kita (Galatia 5:18) sampai kita menggenapi hidup kekal bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus.

Perjalanan rohani kita seperti seorang anak yang terus berkembang, semakin kuat, semakin penuh hikmat, untuk mengerti bahwa sekarang kita membutuhkan Roh Kudus. IA yang akan mendampingi kita sampai kita menjadi pengantin perempuan Tuhan Yesus Kristus. Wahyu 22:17. Suatu hari yang kita nantikan bersama, hidup dalam Kerajaan Allah, untuk selama-lamanya.

AKU SPESIAL DI MATA TUHAN

Semua orang senang jika dirinya dilihat istimewa di mata orang lain. Bayangkan kalau Anda tiba di suatu tempat kemudian disambut lebih dari orang yang lain, diberi sajian yang lebih dari orang lain, dan pulang membawa buah tangan yang berbeda dari orang lain. Anda istimewa!

Namun sayangnya pada kenyataannya tidak semua dari kita melihat bahwa dirinya istimewa. Kita merasa ada sesuatu yang kurang, cacat, atau tidak sempurna, sehingga kita tidak istimewa. Kabar baiknya ada pengharapan di dalam Yesus untuk menghadapi dunia yang semakin mengaburkan keistimewaan.  

Lukas 4:18. Yesus sendiri menyatakan bahwa kedatanganNYA adalah untuk membawa kabar baik. Apa kabar baiknya? Tahun rahmat Tuhan, tahun Anugerah Tuhan telah datang. Waktu kemurahanNYA telah datang. Tuhan tidak marah terhadap Anda, Tuhan malahan memberi Anugerah, sebuah hadiah yang seharusnya tidak layak kita terima. Hadiah diberikan kepada seseorang setelah perbuatannya. Misalnya dalam perlombaan. Namun anugerah, berarti seseorang yang tidak layak, yang tidak mampu mengupayakannya sendiri. “Anda adalah anugerah dan bukan musibah”. Katakan itu kepada orang di samping Anda. “Anda istimewa (luar biasa) bukan biasa-biasa saja” Karena itu Surga memberi yang paling istimewa yang dimilikinya. Kalau dalam salah satu lirik lagu Hillsong disebut “the darling of Heaven”.

Yesus adalah anugerah yang melebihi hadiah apapun yang mungkin kita bisa terima. Jauh lebih berharga dari hadiah yang dunia bisa tawarkan. Jika kita baca Roma 8:32 dikatakan: “IA yang tidak menyayangkan…” You won’t appreciate something until you realized how precious it is to someone else. Hal-hal seperti ini biasanya Anda dapatkan ketika Anda bertemu dengan orang yang posisi, kondisinya lebih sulit dari Anda. Ini terjadi di kedukaan (karena itu ucapkan rasa kasihmu ke orang tua sebelum terlambat). Atau juga ketika Anda mengunjungi tempat-tempat terpencil yang kekurangan air, makanan, atau listrik misalnya. Anda akan kemudian sangat menghargai hal yang sangat sederhana. Mungkin Anda ingat cerita Raja Daud dan pahlawan-pahlawannya di 2Samuel 23:13-17.

Kalau kita kembali pada pembacaan kita di Roma 8:32, selanjutnya ditulis “…tetapi yang menyerahkanNYA bagi kita.” Anda akan dapatkan bagaimana berharganya anugerah yang Anda peroleh, dan itu diserahkan “bagi kita”, khusus, istimewa. Saya pernah menyampaikan dalam khotbah lain yang menyatakan betapa orang tua saya (dan tentu saja orang tua Anda) sangat menyayangi anaknya. Anda pasti bisa menghayatinya, ketika Bapa memberikan AnakNYA, betapa istimewanya sang penerima pemberian itu. Ya, Anda lah sang penerimanya, Anda lah yang istimewa. Saat Anda tidak merasa dihargai ingatlah bahwa Bapa memberi Yesus bagi Anda. 

Karena itu seharusnya kita punya “cara pandang yang positif” mengenai Tuhan. Karena Allah bukan lawan kita, namun Allah adalah BAGI KITA. He is for us!!! Dalam Mazmur 146:8 “…Tuhan mengasihi orang-orang benar.” Anda bisa berargumen: “tetapi saya belum benar, saya belum sempurna…” Betul. Demikian juga dengan Abram. Kejadian 15:6.  Seseorang yang tidak benar, namun karena imannya membuat dia dibenarkan di hadapan Allah. Kalau kita melihat ke Perjanjian Baru, seperti halnya Abram, iman kita kepada Yesus yang membenarkan kita. Roma 3:23-26.

Kalau berkaca pada perbuatan kita, dosa sajalah yang kita perbuat. Kita ini debu tanah yang mudah dilenyapkan, namun syukur kepada Allah di dalam Yesus Kristus yang hadir bagi kita semua, sehingga kita dibenarkan, kita diistimewakan. Hendaknya kita bersyukur sungguh, dan bermegah hanya di dalam DIA. 1Korintus 1:30-31. Inilah kabar baik itu, yang diberikan supaya kita juga bagikan (makna penginjilan adalah membagikan): ANAK ALLAH TELAH DIBERIKAN BAGI KITA KARENA KASIHNYA PADA KITA. Itulah mengapa kesimpulan dari semua Injil/Kabar Baik itu selalu kembali kepada: Yohanes 3:16. Ini kemudian diulangi lagi di 1Yohanes 4:9, bahwa kasihNYA membuat kita hidup.

Ingatlah bahwa Hukum Kasih yang terutama, Kasih Allah menjadikan kita ada, bahkan semua ini nampak dari awal kejadian penciptaan. Demikian juga, bahkan setelah jatuh dalam dosa, kita menjadi istimewa Karena kita dihidupkan oleh KasihNYA. Itulah kenapa iblis sungguh iri dengan keistimewaan manusia. Dia berusaha menghilangkan KASIH di dunia ini. Maka dari itu satu-satunya cara melawan iblis, adalah dengan mengembangkan Kasih Allah yaitu lewat kita mengasihi sesama.

Tuhan sudah memberikan talenta kepada setiap dari kita. Pakailah talenta itu untuk mengasihi sesama. Ini ada beberapa contoh dari Alkitab untuk inspirasimu:

  1. Lukas 7:2-8. Seorang perwira, dia bekerja, namun dia punya hati untuk orang lain (ayat 4-5). Bahkan untuk pembantunya dia berusaha mencari pertolongan (ayat 2-3). Dia adalah orang yang memiliki iman yang besar, yang tidak mau menyusahkan hamba-hamba Tuhan (ayat 6-8).
  2. Lukas 8:3.Perempuan-perempuan istri pejabat dan pengusaha, kalau mungkin sekarang kita sebut sosialita, mereka melayani rombongan Yesus dengan kekayaan mereka.
  3. Matius 25:37-40. Yesus memberi contoh sederhana, ketika Tuhan masih memberi nafas hidup, mari kita memberi sebagian yang kita makan/minum/pakai, memberi waktu berkunjung, memberi tempat, bagi mereka yang membutuhkan.

Jangan tanya berapa banyak yang Tuhan belum beri kepadamu. tetapi bertanyalah berapa banyak yang belum kita beri kepada sesama. Ketika Anda memberi itu menjadikan Anda istimewa. Ini bukan tentang jumlah, tetapi tentang kasihmu pada Allah yang ditunjukkan dengan kasihmu pada sesama.

COPY PASTE (SALIN TEMPEL)

3Yohanes 1:11

Ini adalah fitur yang sangat berguna untuk orang-orang yang bergelut dengan dokumen elektronik. “Copy” adalah tindakan menyalin sesuatu dalam dokumen, sedangkan “paste” adalah tindakan memasukkan yang sudah disalin itu ke dokumen lain. Sebenarnya istilah ini pada dasarnya bisa berguna untuk banyak hal, pada dasarnya menyalin dan memasukkan yang sudah disalin itu sama persis.

Meskipun di dunia akademis istilah ini tidak direkomendasikan bahkan tidak diperbolehkan karena risiko plagiarisme (penjiplakan yang melanggar hak cipta). Namun saya ingin menekankan bahwa istilah yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia sebagai “salin tempel” ini bukan sekadar “menempelkan” seperti kita menempel kertas. Tetapi yang dimaksud adalah menjadikan sesuatu jadi bagian tidak terpisahkan dari dirinya.

Sama seperti hal lain dalam hidup, ada hal positif dan ada hal negatif yang bisa kita pelajari dari copy paste ini. Tentu saja pilihannya jelas, Anda diharapkan memakainya secara positif. Salinlah hal-hal yang positif bukan yang negatif. Kita bisa menyalin atau meniru kehidupan dunia ini, dan itu lebih mudah daripada meniru kehidupan Yesus. Tetapi Yesus minta kita tidak mengambil jalan yang mudah. Matius 7:13-14.

Karena itu pilihan kita adalah menjadi berbeda bukan menyalin apa yang dari dunia ini (Roma 12:2) tetapi menjadi serupa, presisi, persis dengan Yesus, Anak Allah (Roma 8:28-29).

Apa yang membuat Yesus berbeda?

YESUS menyadari mengenai siapa Bapa yang sejati. Lukas 2:49. Yesus menyadari bahwa meskipun IA lahir didalam keluarga Yusuf dan Maria, namun keberadaanNYA adalah sebagai anak BAPA di Surga. Ini penting! Sebab seringkali kita terjebak kepada dua ekstrem.

Pertama kita begitu membenci dan tidak mengampuni bapa kita di dunia karena satu atau dua hal yang dia lakukan yang menyakiti hati kita. Ingatlah bahwa menghormati ayah itu adalah kehendak Allah sejak zaman Israel kuno. Keluaran 20:12.

Atau bisa jadi kita melakukan ekstrem yang kedua, begitu tergantung pada bapa kita di dunia bahkan cenderung menjadikan bapa di dunia ini lebih penting dari Bapa di Surga. Ada perbedaan yang jelas antara mengasihi dan “kebergantungan”. Ingat Matius 19:5 bahwa kita harus belajar menjadi “independen”.

Ini yang harus kita salin untuk menjadi bagian dalam hidup kita, kita menyalin yang positif. Apakah mudah untuk mengampuni? Tidak, tetapi itu yang dilakukan Yesus. Lukas 23:34. Lebih mudah mana hidup kebergantungan atau independen? Tentu saja hidup kebergantungan, tetapi kita malah diminta melakukan yang sulit. Kalau kita baca Lukas 14:26 ini sering menjadi kebingungan, karena dianggap kita harus membenci keluarga kita.

Apa lagi yang membuat Yesus berbeda?

Yesus menyerahkan haknya kepada Allah Bapa. Matius 6:10. Saat itu DIA sedang mengajar mengenai doa, dan inilah juga yang benar-benar dihidupi oleh Yesus. Bahkan sampai kepada akhir hidupNYA saat DIA bergumul sendirian di Taman Getsemani. Matius 26:42. Apakah mudah untuk menyerahkan hak kita dan membiarkan Tuhan bekerja dalam hidup kita? Sangat tidak mudah karena kita cenderung untuk mempertahankan hak kita.

Pada akhirnya ini yang ingin saya katakan, tidak mudah untuk menjadi penurut-penurut Allah seperti yang Paulus katakan di Efesus 5:1. Karena Anda harus menyalin persis seperti apa yang Yesus lakukan. Tetapi kesulitan yang kita hadapi untuk menjadi serupa itu mungkin karena kita mengandalkan kemanusiaan kita, dan bukan mengandalkan Roh Allah yang diberikan pada kita. Matius 26:41.

Hari ini jika kita ingin menjadi berbeda dari dunia, dan menjadi penurut-penurut Allah, yang berjalan persis dengan kehendakNYA, serupa dengan Yesus. Biarlah hidup kita dipenuhi oleh Roh Allah. Sembah DIA, terhubung dengan Allah yang adalah Roh itu, dalam penyembahan di tengah perkumpulan jemaat dan di tengah kehidupan sehari-hari kita.

REIMAGINE

Amsal 18:11

Membayangkan sesuatu bukan suatu dosa, tetapi bisa membawa kepada dosa. Ketika bayangan itu membawa kepada perilaku yang berlawanan dengan kehendak Allah, itu adalah dosa. Kejadian 4:7. Demikian juga kalau bayangan itu membawa pada keinginan untuk memiliki, menguasai, menikmati yang bukan miliknya. Matius 5:27-28.

Kata “imagine” dalam Alkitab bisa diterjemahkan ke beberapa istilah bahasa Indonesia. Kali ini saya ambil dari Good News Bible (GNB), tiga ayat berikut mengandung kata “imagine” dalam bahasa Inggris, dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi tiga kata yang berbeda:

  • “Kira” (Ester 4:13)
  • “Merancangkan” (Mazmur 41:8)
  • “Anggapan” (Amsal 18:11)

Sehingga tepat kalau kemudian kata “reimagine” mengandung arti membentuk konsep baru, atau perkiraan baru, rancangan baru, atau anggapan baru. Kapanpun kita memasuki sesuatu yang baru harusnya kita berusaha memiliki konsepsi yang baru ini.

Menariknya di Sekolah kita belajar Biologi yang membahas tentang “konsepsi”. Konsepsi adalah istilah biologis untuk suatu percampuran inti sel jantan dan inti sel betina, keduanya bertemu dan disebut pembuahan.

Hasil pembuahan ini bukan lagi sel jantan atau sel betina yang sebelumnya tetapi bentuk yang baru. Demikian juga dalam kita memasuki sesuatu yang baru, harus ada konsep baru yang muncul.  Konsep yang baru ini berasal dari gabungan pengalaman sebelumnya dengan tantangan / kesempatan di masa depan.

Contohnya seperti ini, sepanjang tahun lalu Anda mengalami kegagalan dalam mencapai nilai yang memenuhi SKL (Standar Kompetensi Lulusan) mata pelajaran Bahasa Inggris. Sementara di tahun yang baru ada kesempatan lagi untuk mengulang mata pelajaran yang sama, dan Anda mengetahui ada teman sekelas yang pintar Bahasa Inggris.

Munculkan konsep baru tentang Bahasa Inggris bahwa Anda bisa menyelesaikannya dengan cara belajar yang baru. Berarti konsep lama belajar Bahasa Inggris yang “seadanya” digantikan konsep baru yaitu mempelajari kosakata Bahasa Inggris lebih serius dengan belajar bersama dengan teman yang pintar Bahasa Inggris itu, sehingga terbentuk kebiasaan baru.

Hal ini berlaku di semua konsep lama yang menurut Anda tidak lagi berhasil. Cara melayani yang lama, cara komunikasi yang lama, cara menghabiskan waktu yang lama, dan lain sebagainya. Bayangkan diri Anda menjadi manusia baru, memulai dengan yang baru. Pikirkan cara lebih dekat dengan Tuhan, bukan dengan “idol” favoritmu. Bayangkan hidupmu berubah dengan Tuhan.

Kalau Anda dulu berpikir bahwa di dalam Kristus berarti masih bisa menyimpan hal yang lama, mari berpikir ulang, buat konsep baru bahwa Anda akan menanggalkan yang lama dan menyambut yang baru dengan melakukan hal-hal baru di dalam Kristus. 2Korintus 5:17. Ayo punya SLO (Semangat baru, Langkah Baru, dan Optimisme baru). Yesaya 42:9-10.

INTIMACY WITH GOD.

What a wonderful day in the House of God. I am glad to have a chance to be here among my fellow believers in Christ. As we all know, God wants to connect with you in a new way through Jesus Christ. That’s why we have to connect to Him, and build an intimacy with Him.

Intimacy with God is begin by connecting to Him. John 15:4-5.

Connecting with God – how can we connect with Him? And why sometimes we don’t feel close with God?

The reason we want to connect with God is because we are disconnected with God. The Fall of Man: we were connected, full of glory of God, but in Genesis 3, all changed. The reason of that fall was when we put our mind in the wrong choice (we have plenty of choices, but why we choose the few – tree of knowledge of good and evil, and forget other trees).

Again about human thinking, if we think about sin all the time we are feeding sin to our mind. God says that the ultimate gap between him and us is our sin. Isaiah 59:2. And that sin comes when you start questioning God in your mind and from that it will go further to disobedience. Genesis 3:1-6.

Let us read one more time our theme verse in John 15. Like a tree, in order to keep alive and be fruitful, a branch has to be connected with the trunk. This will explain my next sentence. Because we are disconnected we feel dry, empty, and try to fill that with 3L (luxury, lust, love) or 4G (gold, glory, guys/girls, getaway) that the world offers. It’s all useless. Let me bring you to Bible Story, where the longest conversation between Jesus and other person was recorded. It’s a story of Samaritan woman. John 4.

This Samaritan woman who met with Jesus near Jacob’s well, she was disconnected from society. Jesus warned her in John 4:13-14 You will thirsty again if you drink from this earth. Jesus continued, but if you ask living water (verse 10) you won’t be thirsty again. Living water here have two meanings, “springing water” and “eternal life, salvation.”

We need Salvation to reconnect, to be alive. We thought salvation prayer only for a non-believer, but we also have to recite it, understand it.

What are parts of salvation prayer?

  • Proclaim Jesus as God. Verse 29. Say it loud! Romans 10:10.
  • Admit our faults and wrong ways. Verse 39. We know we are imperfect, perfected in Christ, this is a sign of total surrender, don’t cover it with your self-righteousness. 1John 1:9.
  • Present (give up your life for God’s cause – Romans 12:1) & Repent (the word metanoia means we renew our mind deliberately, we are not helpless person occupied by external, but internally empowered by the Spirit – Romans 12:2). In Hebrews 4:12 the author of Hebrews said the Word of God could separate (discern) the will and heart of man – As we know the Word is the sword of Spirit (Ephesians 6:17). Later on 1Corinthians 12:10 one of the gifts of the Spirit is to discern different spirits.
  • Believe (leave your burden, do not carry that again). Matthew 11:28.

When you pray that prayer, that is when you are really connecting with God, you build your intimacy with God. It’s not how frequent you put yourself around Jesus (don’t follow the Pharisees, who’s around but didn’t have the intimacy). But how well you want to know Him, when you hear His voice, the good news.

GodblesS

JEFF

KUAT DAN PENUH HIKMAT

Lukas 2:40

Selamat Natal sekali lagi untuk semua jemaat meskipun tanggal 25 Desember sudah lewat. Tetapi tentu saja seperti perkataan yang sering kita dengar “seharusnya kita merayakan kehadiran Yesus setiap hari”. Dalam kisah Natal kita melihat banyak dimensi seperti:

  • Panggilan – Maria diberi kabar bahwa ia akan mengandung Yesus.
  • Rencana Allah – Betlehem menjadi tempat lahirnya Mesias.
  • Pilihan – Yusuf mengambil Maria menjadi istrinya.
  • Ketaatan – Orang Majus mengikuti peringatan jangan kembali ke Herodes.
  • Pertumbuhan – Dari bayi yang lemah, ke anak yang kuat dan penuh hikmat.

Jadi mari kita merayakan kehadiran Yesus tahun ini dengan membahas tema Natal Mahanaim 2021: Kuat dan Penuh Hikmat.

Rekan-rekan Mahanaim Worship di masa pandemi ini berusaha memberkati jemaat dengan lagu demi lagu yang diperkenalkan tiga bulan terakhir. Tetapi sesuai dengan tema “Kuat dan Penuh Hikmat” lirik yang ditulis dan dinyanyikan mengingatkan kita untuk terus mengandalkan Yesus yang kuat dan penuh hikmat.

Kalau kita membaca Yesaya 9:5 kita menemukan nubuatan tentang Yesus yang disebut Allah yang Perkasa (IA kuat) dan Penasihat Ajaib (IA penuh hikmat). Kedua hal ini adalah kombinasi yang luar biasa. Seseorang yang memiliki keduanya adalah manusia ilahi, dan Yesus adalah manusia ilahi ketika IA ada di muka bumi.

Tetapi kalau memang kita ingin menjadi sama seperti Yesus maka menjadi kuat dan penuh hikmat seharusnya masuk dalam “Christmas Wishlist” kita. Seperti ketika kita masuk ke dalam toko konvensional atau ketika kita masuk ke toko virtual, demikianlah setiap kita masuk ke masa Natal. Apa yang kita inginkan di Natal 2021?

Apakah Anda ingin menjadi kuat? Dalam bahasa aslinya kata “kuat” di Lukas 2:40 bisa berarti “menjadi kuat” dan “makin kuat”. Ini yang kita butuhkan dalam mengakhiri tahun ini dan memasuki tahun yang baru. Mari kita membaca dan mencermati apa yang dikatakan pemazmur di dalam Mazmur 84:5-8.

Inginkah Anda menjadi penuh hikmat? Hikmat dalam Lukas 2:40 mengandung pengertian kebijaksanaan, pengertian, kecerdasan, yang datang dari Allah. Ini bukan kecerdasan yang dinilai dengan angka. Tetapi bagaimana Anda bisa mendayagunakan pengetahuan Anda untuk sesuatu yang lebih baik. 1Raja-raja 3:16-28.

Yesus selama di bumi menunjukkan IA semakin kuat saat IA menyelesaikan masa puasa (40 hari 40 malam) dan pencobaan di padang gurun. Matius 4:1-11. Demikian juga Yesus menunjukkan bahwa IA penuh hikmat saat IA membungkam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi di Yohanes 8:2-11.  

Saya harap Anda menjadi makin kuat dengan memuji Tuhan dan selalu rindu untuk ada dalam Rumah Tuhan (Mazmur 84:5-6, Lukas 2:49). Demikian Anda penuh hikmat dengan memahami bahwa semuanya adalah dari Allah (1Raja-raja 3:6-8, Yohanes 17:7). Tuhan Yesus memberkati.

BERAPA LAMA LAGI?

Matius 11:2-6.

Dalam situasi yang sulit dan nampaknya tidak menentu akan sangat mudah bagi kita untuk menjadi frustrasi. Apakah itu berhubungan dengan akhir zaman, dengan pandemi, atau dengan hubungan romantis. Untuk milenial pasti ingat dengan penggalan lirik “harus berapa lama aku menunggumu…” yang pernah dinyanyikan salah satu penyanyi dan band papan atas Indonesia.

Yohanes Pembaptis pernah ada dalam situasi tersebut. Saat ia ada di dalam penjara karena kebencian Herodes kepadanya (Matius 14:3), ia mengirim pesan kepada Yesus untuk mempertanyakan kejelasan status Yesus. Padahal sebelum ia dipenjara tercatat di Yohanes 3:26-36 tentang kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai perannya dan mengenai Yesus.  

Ini yang menjadi menarik untuk kita pelajari bahwa seseorang bisa saja menjadi kecewa dan menolak Yesus, meskipun panggilan Allah begitu nyata dalam dirinya. Hal ini selaras dengan yang pernah disampaikan Gembala tentang “bintang besar” yaitu antikristus. Dimana ia sebelumnya adalah hamba Tuhan yang luar biasa, namun ia menjadi pahit (apsintus).

Jadi apa yang seharusnya kita lakukan adalah bukan bertanya “berapa lama lagi”? Tetapi mengambil keputusan untuk berjaga-jaga. Karena Yesus sebenarnya sudah dengan jelas mengatakannya di ayat-ayat yang kita kenal sebagai berikut:

Matius 24:42  Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Matius 25:13  Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”

Matius 26:41  Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Bukankah sebenarnya hal tentang berjaga-jaga ini sudah kita pelajari selama pandemi? Ingat kata-kata ini “jangan lengah pandemi belum usai”? Demikian juga dengan kedatangan Tuhan, kita tetap harus berjaga-jaga, meskipun dalam 1Petrus 3:3-4 akan muncul ejekan-ejekan mengenai kedatangan Tuhan ini.

Ada hal lain yang dapat kita pelajari selama pandemi, ini muncul di artikel yang sempat dibaca oleh istri saya tentang virus corona di tahun 2021. Pada akhir artikel tertulis kalimat, “Pelajaran dari pandemi adalah Anda tidak bisa selalu menunggu sampai Anda memiliki semua jawaban.”[1]

Kita harus mulai bergerak meskipun belum mengerti gambaran besarnya. Saya selalu teringat  ilustrasi perjalanan kita untuk mengerti rencana Allah adalah seperti “action role-playing game (RPG)”. Anda bergerak dan dalam perjalanannya Allah akan membukakan hal-hal baru, sama seperti kisah Abram yang dipanggil Tuhan (Kejadian 12:1).

Dalam kisah Natal Maria tidak sepenuhnya mengerti maksud Allah tetapi ia tetap taat dan melangkah ke masa depan. Ia mendengar sesuatu yang mengherankan dari para gembala (Lukas 2:19) dan dari Yesus ketika IA berusia 12 tahun (Lukas 2:51). Tetapi Maria tetap berjaga sampai karya keselamatan itu menjadi nyata. Lihat lirik lagu “Mary, Did You Know?”

Percayalah bahwa Allah tidak merancangkan yang jahat bagi kita. Yesus sendiri berdoa demikian bagi kita meskipun kita dibenci oleh dunia karena firman Allah yang ada dalam kita. Yohanes 17:14-15. Yesus meminta kita untuk memperingati dan memberitakan karyaNYA di salib sampai IA datang Kembali. 1Korintus 11:23-26. Tapi sampai berapa lama lagi?

Sampai semua firmanNYA digenapi. Kita sudah mendengar mengenai meterai, sangkakala, dan cawan murka Allah. Kalau Anda tetap berjaga-jaga, melangkah menuju kedewasaan rohani, maka Anda akan menjadi Mempelai Wanita Kristus. Mereka yang menikah bukanlah anak-anak yang hanya berpikir tentang kesenangan, fokus pada yang terlihat, dan mudah teralihkan.

Setialah dan hiduplah dalam firmanNYA karena firman Allah adalah kebenaran. Yohanes 17:17.


[1] “Omicron, nama varian baru virus corona di Afsel ‘yang bermutasi sangat cepat’”, James Gallagher, diakses 27 November 2021, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-59426212?utm_campaign=later-linkinbio-bbcindonesia&utm_content=later-22630089&utm_medium=social&utm_source=linkin.bio.

YUDAS ATAU YESUS?

Ulangan 30:19

Saya sadar Anda pasti sudah sering mendengar bahasan firman Tuhan tentang pilihan. Menentukan pilihan yang tersedia bisa jadi begitu jelas, tetapi bisa juga sedikit kabur atau ambigu. Namun tetap saja manusia adalah mahluk yang kompleks dan membuat suatu pilihan dengan pertimbangan-pertimbangan yang begitu beragam.

Manusia membuat pertimbangan jauh lebih kompleks dari seekor binatang. Lebih dari sekadar bentuk stimulus – respons pada eksperimen Pavlov[1] manusia juga mengolah stimulus yang ditangkap indra. Hal ini dilakukan dengan melibatkan nilai-nilai yang mereka terima dan kini jadi bagian dari dirinya.

Nilai-nilai yang baik menentukan karakter dan kepribadian yang baik pula. Menariknya nilai-nilai ini dipilih, diusahakan dan secara konsisten diwujudkan dalam tindakan oleh seorang individu.[2] Sehingga seseorang secara sadar memilih nilai-nilai yang dipercayainya untuk menjadi pedoman dalam ia berperilaku.

Manusia belajar dari orang-orang yang ada di sekelilingnya. Orang yang tidak mengenal Allah akan membawa pengajaran yang berlawanan dengan kemauan Allah (Imamat 20:17-18). Sebaliknya orang yang dekat dengan Allah akan membawa pengajaran yang benar (2Raja-raja 12:2). Tetapi pada akhirnya seseorang harus memilih untuk melakukan sesuatu atau tidak.

Saya teringat tentang kesaksian seorang pejabat publik yang diingatkan istrinya untuk memilih ketika ia dihadapkan pada suatu dilema. Saat itu ia sudah menang dalam Pemilihan Kepada Daerah, tetapi dicurangi. Jika ia ingin tetap menang maka ia harus memberi uang suap, tetapi jika ia tidak melakukannya ia akan kalah dan semua usaha kampanyenya menjadi sia-sia.

Istrinya mengingatkan, apakah ia mau bertindak seperti Yudas (Iskariot) atau seperti Yesus? Ini sepertinya adalah pilihan yang jelas. Tentu saja semua orang Kristen mau bertindak seperti Yesus. Tetapi apa nilai yang melatarbelakangi tindakan Yudas, ketika ia memilih berlaku jahat dan mendapat sesuatu dengan cara khianat. Lalu apa nilai yang melatarbelakangi tindakan Yesus, ketika ia memilih untuk nampak “kalah” dan mendapat kemuliaan dengan cara taat pada Bapa.

Yudas adalah orang yang tidak bertanggung jawab dalam hal keuangan. Nilai hidupnya adalah keuntungan materi di atas tindakan yang jahat. Kisah Para Rasul 1:18. Bahkan ini diketahui oleh murid yang lain dan dicatat dalam Yohanes 12:6. Bisa dikatakan nilai yang dipegang oleh Yudas adalah “keuntungan diri sendiri”. Padahal arti namanya dalam bahasa Ibrani adalah sama dengan nama “Yehuda” yaitu “terpujilah/syukur pada Tuhan”. Kejadian 29:35.

Seringkali kita mengatakan bahwa kita ingin memuji Tuhan, kita diciptakan untuk menaikkan ucapan syukur pada Tuhan, dan banyak hal idealis lain. Tetapi memang pada akhirnya yang menentukan adalah nilai apa yang kita hidupi dan apa yang kita lakukan menunjukkan hal itu. Bisa saja terjadi label atau sebutan seseorang berbeda dengan apa yang keluar dari orang itu. Seperti seseorang yang mengisi botol bertulisan sabun cair untuk badan, namun yang keluar adalah sabun cair untuk cuci pakaian.

Ini yang menjadi masalah dalam pengiringan Yudas selama menjadi murid Yesus. Yesus pergi ke banyak tempat melakukan hal-hal yang baik. Kisah Para Rasul 10:38. Seharusnya Yudas pun menghasilkan perbuatan-perbuatan baik. Namun yang terjadi ia malah menghasilkan yang jahat. Ia menjadi seperti yang diajarkan Yesus tentang kemunafikan. Lukas 6:42-45.

Nama Yesus diberikan oleh Yusuf karena firman Tuhan yang diterimanya dalam mimpi. Yesus artinya “Allah menyelamatkan”. Matius 1:21. Keselamatan memang hanya datang di dalam nama Yesus.

Yesus memegang nilai yang berbeda dari Yudas. Sejak kecil IA tahu panggilanNYA untuk berada di Rumah Bapa. Lukas 2:49. Ukuran keberhasilanNYA bukan keuntungan pribadi yang bisa didapatkan. Yohanes 6:38. Namun bagaimana IA bisa melakukan rencana Bapa. Yohanes 12:25, 27. Lukas 22:42. Dengan mengerti hal ini kita bisa memahami dengan lebih baik mengapa Yesus menceritakan perumpamaan tentang talenta. Matius 25:14-30.

Sekarang pilihannya ada di tangan kita sebagai orang-orang percaya yang mendapat panggilan surgawi. Penting untuk memiliki rasa cukup dibanding mengejar kepuasan dari keinginan-keinginan pribadi kita. Untuk itu kita perlu untuk mengelilingi diri kita dengan orang yang tepat dan mulai bersyukur untuk setiap tugas yang dipercayakan Allah pada kita[3], lakukanlah dengan taat dan setia.


[1] Kevin R. Clark, EdD, R.T(R)(QM), “Learning Theories: Behaviorism,” Radtech Journal 90, no. 2 (Nov/Dec 2018): 172-173.

 

[2] Sri Wening, “Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Nilai,” Jurnal Pendidikan Karakter 3, no. 1 (Februari 2012): 57-58.

[3] Mark and Debra Laaser, “The Seven Desire of Every Heart” (Zondervan: Grand Rapids, 2008), 122-125.