Roma 8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Tanggal 11 September adalah tanggal yang membangkitkan kenangan beragam bagi banyak orang dan jika ada Jemaat Tuhan yang suka mengikuti berita dunia, Anda pasti pernah mendengar/membaca tentang ini. Mari saya segarkan ingatan Anda tentang apa yang terjadi di tanggal ini. Khususnya juga untuk rekan-rekan muda yang baru berusia balita di masa kejadian yang memengaruhi kondisi global ini.
Secara singkat di tanggal ini pada tahun 2001, ada 4 (empat) penerbangan di wilayah udara Amerika Serikat yang dibajak teroris. Dua pesawat ditabrakkan ke menara kembar WTC (World Trade Center) di New York, satu pesawat ke gedung Pentagon (markas besar tentara Amerika Serikat), dan satu pesawat lain jatuh sebelum mencapai sasaran teroris, yaitu Gedung Putih (istana kepresidenan Amerika Serikat). Namun demikian ada fakta lain yang terungkap bahwa salah satu “otak” serangan ini berpendapat bahwa Gedung Putih adalah sasaran yang sulit, dan lebih memilih untuk menyerang Capitol Building (gedung dewan dan senat Amerika Serikat).
Untuk pesawat yang terakhir, ada kisah heroik yang menyertainya. Para penumpang pesawat tersebut bersepakat untuk melawan teroris yang membajak pesawat. Mereka berhasil menggagalkan rencana teroris untuk menabrakkan pesawat itu ke Gedung Putih, atau alternatif lain Capitol Building. Namun untuk itu pesawat dan semua orang di dalamnya jatuh di sebuah lapangan, sekitar 20 menit waktu penerbangan dari Washington D.C.
Menurut Jemaat Tuhan siapa yang menang dalam tragedi ini? Bagi organisasi teroris yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan teroris ini, kematian, rasa takut, dan amarah dari orang-orang Amerika Serikat adalah bukti kemenangan mereka, meskipun semua pelaksana serangan teroris ini mati dalam satu hari, mereka memang sudah merancangkan ini. Bagi penumpang pesawat dan kru pesawat yang berhasil menggagalkan serangan teroris, mereka menang atas rencana jahat terorisme, meskipun akhirnya nyawa mereka yang menjadi korban.
Bukankah tragedi serangan 11 September kemudian menjadi ironi? Ada pihak yang menyebut kesengsaraan dan kesedihan orang lain adalah kemenangan. Demikian juga ada pihak yang berhasil menggagalkan rencana jahat orang lain meski nyawanya direnggut, ini pun disebut kemenangan.
Kemenangan yang sejati adalah ketika seseorang berhasil mengalahkan yang paling terakhir, yang paling sulit, yang tidak terbandingkan dengan musuh lain. Musuh terakhir itu adalah maut. 1Korintus 15:25-26. Seperti dicatat dalam kisah penerbangan pesawat yang terakhir jatuh, ada seorang pramugari yang terekam suaranya berteriak kepada para teroris, dengan memohon, “Aku tidak mau mati, aku tidak mau mati, aku tidak mau mati!” Kita semua, Jemaat Tuhan, pada akhirnya harus bisa mengalahkan musuh terakhir ini. Ini tidak dapat dikalahkan dengan niat, harta, takhta, atau apapun yang bisa Anda miliki.
Hanya satu orang pribadi saja yang mampu mengatasi maut, Yesus! Hal yang sulit bagi semua manusia di muka bumi telah diselesaikan oleh DIA. Yesus bangkit dan tidak mati lagi! Roma 6:9. Ini yang kemudian menjadi bagian kita orang-orang percaya. Bahwa maut tidak lagi berkuasa atas hidup kita! Kematian bukan lagi jembatan kepada maut dan kebinasaan kekal. Namun kematian adalah jembatan kepada Kristus dan kehidupan kekal! Roma 8:1-2.
Pemahaman ini harusnya jadi fondasi yang tidak tergoyahkan bagi iman kita. Seperti George W. Bush, presiden Amerika Serikat saat itu berkata, “Serangan teroris bisa mengguncangkan fondasi dari gedung-gedung terbesar milik kita, tetapi mereka tidak bisa mengguncangkan fondasi dari Amerika.” Seharusnya kita pun demikian bisa tetap berdiri tidak terguncangkan. Mazmur 73:26.
Serangan 11 September mengakibatkan korban ribuan nyawa hilang. Setelah didata semua korban secara keseluruhan berasal dari 93 negara di dunia. Bahkan beberapa drama dan film dari banyak negara ada yang mengambil tragedi 11 September ini sebagai bagian dari kisahnya. Plot twist yang bermain di kepala saya, ada beberapa dari mereka yang mungkin baru saja memenangkan sesuatu, tetapi mereka tidak tahu ada satu musuh yang menanti mereka. Namun saya juga percaya bahwa ada orang-orang percaya yang menjadi korban, tubuh mereka mati, tetapi sama seperti Yesus mereka akan mengalahkan maut, dengan bangkit kembali saat Yesus datang kali kedua. 1Tesalonika 4:16.
Ini adalah hal yang khas pada kekristenan, kita memiliki Allah yang begitu mengasihi kita, IA memberikan kemenangan pada kita atas musuh terbesar yang tidak dapat dikalahkan oleh manusia, kematian yang membawa pada maut. Kejadian 5:5. Dengan meniadakan penghukuman ini, Yesus mengaruniakan kita suatu anugerah yang begitu besar, bahkan tanpa kita mengusahakannya. Inilah yang disebut lebih dari pemenang! Sekarang kita bisa memahami perspektif Daud dalam Mazmur 20:7-9, bahwa Tuhan lah yang memberi kemenangan, Jadi bukan hal-hal lain yang kita megahkan, namun karena kita memiliki urapan Allah dan bagian dalam keselamatan, itulah kemegahan kita. Lukas 10:19-20.